Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu motor utama pertumbuhan sektor pengolahan nonmigas.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan pada 2022 PDB industri mamin tumbuh sebesar 4,90 persen dengan kontribusi sebesar 38,35 persen atau yang terbesar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.

Selain itu, dia menyebut tahun lalu sektor ini termasuk dalam lima besar industri dengan kontribusi ekspor tertinggi dengan nilai mencapai 48,61 miliar miliar dolar AS.

“Sebagai salah satu industri prioritas di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, akselerasi penerapan industri 4.0 pada industri mamin diperkirakan mampu meningkatkan potensi nilai output dan produktivitas tenaga kerja industri sampai dengan 30 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip minggu, 19 Maret.

Menurut Putu, untuk mendukung hal tersebut, pihaknya telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pengukuran Tingkat Kesiapan Industri dalam Bertransformasi Menuju Industri 4.0 sebagai panduan untuk kesiapan industri dalam melakukan transformasi industri 4.0.

“Penerapan transformasi digital telah mampu memberikan berbagai manfaat positif, di antaranya menurunkan cacat produk, meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan penjualan, dan mengurangi rasio energi sebanyak,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengungkapkan Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di industri mamin.

“Oleh karena itu diperlukan transformasi digital sebagai salah satu cara agar dapat bersaing secara global,” katanya.

Adhi menambahkan, banyak pelaku usaha yang kini tengah mendorong proses bisnisnya agar lebih efektif dengan memanfaatkan teknologi 4.0.

“Mudah-mudahan ini dapat menjadi inspirasi bagi produsen makanan dan minuman lainnya,” tegas dia.