Bagikan:

JAKARTA - Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyelenggarakan kegiatan pendampingan industri 4.0 guna semakin mendongkrak kinerja industri makanan dan minuman (mamin) nasional, pada hari ini.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan dalam penerapan transformasi digital.

Langkah strategis ini diyakini menjadikan industri mamin nasional berdaya saing global, karena mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan dipacu untuk meningkatkan ekspor.

"Peta jalan Making Indonesia 4.0 tidak hanya fokus pada aplikasi teknologi, tetapi juga berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan R&D di sektor industri," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika pada acara Kick Off Pendampingan Industri 4.0 Sektor Industri Makanan dan Minuman di Jakarta, Selasa, 18 Juli.

Dirjen Putu menyebut, digitalisasi membawa efek positif bagi sektor industri dalam upaya meningkatkan nilai ekspornya.

Sebagai contoh, saat ini terdapat penerapan regulasi EU Regulation on Deforestation di kawasan Uni Eropa yang menuntut para pelaku industri di Indonesia, seperti sektor mamin, untuk menunjukkan bukti sertifikasi dan verifikasi bahwa produknya tidak berdampak pada deforestasi.

"Melalui digitalisasi, kami bisa melakukan traceability terhadap produk-produk kami untuk bisa menembus pasar ekspor. Kami meyakini, industri mamin bisa melakukannya dengan baik," ujarnya.

Upaya digitalisasi ini telah dijalankan oleh pelaku industri pengolahan susu di dalam negeri, mulai dari peternakan, tempat pengumpulan susu, hingga pada proses pengolahan.

Lebih lanjut, kata Putu, ada dua sesi dalam kegiatan pendampingan tersebut, yakni sesi yang berisi penyampaian pengetahuan tentang industri 4.0 dan pembelajaran pembuatan pilot project melalui pelatihan berbasis kompetensi (PBK).

Kedua adalah sesi pendalaman yang didampingi oleh tenaga ahli dan instruktur tentang pengetahuan dan penggalian ide implementasi industri 4.0 di perusahaan, serta proses internalisasi dan presentasi pilot project di depan Board of Director (BOD) yang didampingi oleh tenaga ahli dan asesor.

"Apabila pilot project ini dapat diimplementasikan, SDM tersebut akan diberikan fasilitas sertifikasi kompetensi yang diharapkan mampu menjadi agent of change bidang transformasi industri 4.0 di sektor industri makanan dan minuman," tuturnya.

Putu optimistis, kegiatan pendampingan ini mampu mengakselerasi industri mamin dalam menerapkan transformasi digital 4.0 secara tepat, akurat, aman dan terukur. "Kami mengapresiasi peran serta kementerian/lembaga, tenaga ahli, dan perusahaan dalam mendukung kegiatan pendampingan industri 4.0 ini," ungkapnya.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, kegiatan pendampingan industri 4.0 ini menunjukkan keseriusan dalam upaya mendukung peningkatan daya saing, khususnya sektor mamin.

"Kami apresiasi kegiatan ini bukan sekadar seremonial, ini keseriusan kami karena banyak tantangan ke depan yang butuh penerapan teknologi digital," jelas dia.

Menurut Adhi, pendampingan ini menjadi dasar dalam pengembangan SDM kompeten untuk dapat menerapkan industri 4.0. "Semoga penerapan digitalisasi ini semakin banyak perusahaan yang dapat merasakan manfaatnya, termasuk sektor industri kecil dan menengah," imbuhnya.