JAKARTA - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) berkolaborasi dengan sektor swasta untuk mendukung pembangunan rendah karbon. Dalam waktu dekat ini, OIKN akan meluncurkan proyek kerja sama dengan swasta, seperti dalam reforestasi, pengelolaan sampah, dan limbah.
"Saat ini, kami tengah bekerja sama dengan beberapa organisasi swasta secara khusus untuk mencapai target reforestasi di Nusantara," kata Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN Myrna Asnawati Safitri dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, dikutip Rabu, 6 Desember.
Myrna menilai, dalam beberapa waktu ke depan akan dilakukan peluncuran proyek kerja sama antara Nusantara dan sejumlah sektor swasta yang berfokus pada pembangunan hijau.
"Kami sangat menyambut partisipasi pihak swasta dalam mengembangkannya bersama kami sehubungan beberapa objektif terkait sektor-sektor yang sudah disebutkan dalam pembangunan rendah karbon," ujarnya.
Beberapa sektor itu termasuk kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Use/FOLU), agrikultur, energi pengelolaan sampah dan industri. OIKN saat ini tengah melakukan diskusi dengan beberapa investor swasta terkait pengelolaan sampah dan limbah di Nusantara.
Semua langkah itu dilakukan berdasarkan Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC), yakni sebuah dokumen peta jalan yang menjabarkan langkah-langkah Nusantara menjadi kota nol emisi karbon pada 2045.
Dokumen itu sendiri telah diluncurkan di sela-sela COP28 pada Minggu, 3 Desember lalu. Dengan salah satu isi dari dokumen itu menekankan target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045 dan target lebih ambisius tertuang dalam skenario kedua adalah emisi dapat dikurangi lebih jauh mencapai -1,6 MtCO2.
Target itu akan dicapai dengan beberapa langkah, termasuk upaya reforestasi lahan terdegradasi, penggunaan sumber listrik terbarukan serta praktik agrikultur yang berkelanjutan.
BACA JUGA:
Dalam diskusi sama, Managing Director Head of Climate Change Finance HSBC Asia Pacific Justin Wu melihat peluang Indonesia ke depannya dari kaca mata pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi mengesankan yang dicapai di Indonesia merupakan hasil pembangunan dan pendanaan yang cukup besar. Dalam 30 atau 40 tahun ke depan ketika kami perlu mencapai net zero, kami perlu mencapai ekonomi net zero," katanya.
Justin Wu juga menyampaikan ketertarikan pihak swasta melihat daya saing dari Indonesia sehingga bisa berinvestasi.
"Daya saing Indonesia menarik pendanaan swasta. Menurut saya, ini bukan semacam kompetisi terkait net zero. Ini bisa menjadi satu hal yang bagus," imbuhnya.