Bagikan:

JAKARTA - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) secara resmi meluncurkan Peta Jalan Menuju Kota Nol Emisi Karbon Nusantara atau Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC) saat Pertemuan para Pihak Ke-28 (COP28) Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu, 3 Desember.

Kepala OIKN Bambang Susantono mengatakan, peluncuran peta jalan ini menjadi momen bersejarah. Pasalnya, untuk pertama kalinya kota di Indonesia memiliki RLDC.

"OIKN dengan bangga mengumumkan Nusantara's Net Zero Emission Strategy, sebuah dokumen yang menunjukkan komitmen kota ini untuk ikut ambil bagian dalam upaya global mengakselerasi aksi iklim," kata Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 4 Desember.

Bambang menekankan, ibu kota baru Indonesia itu tidak hanya akan menjadi kota yang hijau, tapi juga nantinya menjadi model untuk masa depan yang berkelanjutan.

Hal itu terlihat dari target ambisius untuk menjadi kota dengan nol emisi karbon (net zero emission), kondisi yang mana karbon dihasilkan sama dengan kapasitas penyimpanan atau bahkan kurang dari itu.

Ada beberapa langkah yang akan dilakukan, termasuk reforestasi secara masif, peremajaan dan menjaga ekologi di Nusantara. Salah satunya dengan mengkonversi 65 persen area Nusantara, yang mayoritas ditutupi tanaman monokultur menjadi hutan tropis yang asri.

Sementara itu, di area urban akan memanfaatkan teknologi untuk memastikan manajemen sumber daya alam yang efisien sembari menerapkan inovasi solusi berbasis alam.

Contohnya menjadikan Nusantara sebagai kota spons, memastikan ketersediaan air, pengurangan bahaya banjir, serta pelestarian ekologi.

Langkah itu sejalan dengan target Indonesia dalam pengurangan emisi sampai dengan 2060.

"Dalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Otorita Ibu Kota Nusantara menyiapkan langkah untuk mentransformasi target ambisius menjadi aksi yang spesifik dan terukur," ujar Bambang.

Peta jalan Nusantara RLDC sendiri berfokus pada lima sektor, yaitu kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU), energi, agrikultur, pengelolaan sampah dan industri.

Di dalamnya, terdapat target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045 dan target lebih ambisius tertuang dalam skenario kedua, yaitu emisi dapat dikurangi lebih jauh mencapai -1,6 MtCO2.

Sementara itu, Direktur Jenderal Asian Development Bank (ADB) untuk Asia Tenggara Winfried Wicklein ADB menyatakan ras senangnya dapat bermitra dengan OIKN dalam mengembangkan strategi ini, dan menjadi bagian dari sejarah dalam mewujudkan Nusantara sebagai kota dengan prinsip hutan.

"Strategi ini tidak hanya sebagai tindakan nyata dalam mewujudkan visi Indonesia yang modern dan berkelanjutan, tapi juga mewakili upaya nyata Indonesia dalam memerangi perubahan iklim, serta berkontribusi pada wilayah yang lebih luas, yaitu di wilayah Asia dan Pasifik," tuturnya.

Adapun strategi ini akan memainkan peran penting dalam mendukung upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Aksi-aksi di tingkat kota ini selaras dengan Indonesia’s Enhanced National Determined Contributions (ENDC), yang merupakan bagian penting dari strategi penanggulangan perubahan iklim dan terhubung ke dalam kebijakan nasional.