Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana untuk melakukan penggabungan atau merger anak usaha Garuda, Citilik dengan Pelita Air Service. Pembicaraan terkait rencana ini masih terus dilakukan, dan ditargetkan tuntas di akhir tahun ini.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa pembahasan merger ini masih berlangsung. Dalam perkembangannya, kata Irfan, muncul beberapa opsi baru.

“Masih dalam tahap pembicaraan. terakhir kan pak erick info di dpr kan menyatakan bahwa bukan merger gabungan itu yang lagi dipikirin adalah antara citilink dengan pelita ini masih dalam banyak pembicaraan ada terbuka beberapa opsi-opsi baru,” katanya ditemui di ICE BSD, Tangerang, Jumat, 27 Oktober.

“Intinya kalau udah mulai merapat dan mulai mengerucut kita informasikan bentuknya seperti apa skenario seperti apa,” sambungnya.

Irfan mengaku pembahasan mengenai merger ini intens dilakukan. Kata dia, banyak hal yang perlu dibahas lebih dalam terutama terkait dengan izin dan sumber daya manusia (SDM) di kedua perusahaan baik Citilink dan Pelita Air Service.

Lebih lanjut, Irfan pun berharap merger antara Citilink dengan Pelita Air Service bisa segera terlaksana dan rampung di akhir tahun ini.

“Harus (selesai di Desember). Kita sih berharap sih harus,karena kalau lama-lama ribet juga. Mudah-mudahan sih kita berharap Desember selesai,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkap kabar terbaru soal merger Pelita Air dengan Citilink Indonesia. Rencananya lisensi penerbangan reguler Pelita Air Service akan dipindahkan ke Citilink.

Tiko sapaan akrab Kartika mengatakan nantinya akan ada pemisahan bisnis antara penerbangan reguler terjadwal Pelita Air dan sewa atau chartered.

“Ya dipisah, ada dua PT,” katanya saat ditemui di Hotel St Regis, Jakarta, Rabu, 11 Oktober.

Sementara, sambung Tiko, layanan chartered Pelita Air masih tetap berada di bawah Pertamina untuk menunjang operasionalnya.

“Yang charter sekarang kan memang Pertamina punya, bisnis. Jadi itu tetap di Pertamina, karena mereka kan untuk melayani operasi Pertamina yang charter business,” ucapnya.

Lebih lanjut, Tiko memastikan, rencana merger ini juga tidak akan menghilangkan merek Pelita Air di industri maskapai penerbangan reguler.

“Masih ada, kita pertahankan. Bagus Pelita bagus, it's a good brand sekarang,” tuturnya.