Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah pada pekan depan seiring penguatan dolar AS. Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,36 persen ke level Rp 15.873 per dolar AS pada perdagangan Jumat, 20 Oktober. 

Sementara pada kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp15.856 per dolar AS, melemah dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.838 dolar AS.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan penguatan dolar yang lebih kuat akibat status lindung nilainya ditengah ketidakpastian geo-politik dan suku bunga tinggi yang lebih lama, serta imbal hasil obligasi yang tinggi, memberi tekanan terhadap rupiah.

"Indeks dolar stabil di atas 106 pada hari Jum’at karena investor terus menilai prospek kebijakan moneter Federal Reserve sehubungan dengan pernyataan terbaru Ketua Fed Jerome Powell," jelasnya Minggu, 22 Oktober.

Sutopo menyampaikan pasar memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan bulan November.

Sementara, dolar tertinggal dibandingkan kenaikan imbal hasil Treasury, dengan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang sempat mencapai 5 persen untuk pertama kalinya sejak tahun 2007.

Menurut Sutopo kenaikan suku bungan acuan BI untuk mempertahankan nilai tukar belum terlihat lantaran efek dasar saat ini bukan hanya pada inflasi tetapi dikarenakan sentimen pada geo politik yang membuat mode pasar ke risk-off.

"Pasar pekan depan akan memperhatikan data PCE salah satu indicator favorit The Fed untuk menilai kebijakan ke depan," ujarnya.

Sutopo memperkirakan pergerakan rupiah pada pekan depan masih akan melemah, tetapi dalam rentang Rp15.700 – Rp16.000 per dolar AS.