JAKARTA - PT Perikanan Indonesia, member of ID FOOD, menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan perikanan asal Tiongkok di Ajang World Seafood Shanghai, pameran perikanan berskala internasional yang digelar di Shanghai New International Expo Centre selama 3 hari, 23-25 Agustus 2023.
Pameran Seafood terbesar ini dihadiri oleh 36 negara dengan 1.400 exhibitors yang memamerkan produk perikanan dunia. Dalam kesempatan ini, PT Perikanan Indonesia memperoleh wadah untuk ajang saling kerja sama, interaksi dan kolaborasi dengan high-quality buyer.
PT Perikanan Indonesia telah menandatangani kerja sama dengan 6 perusahaan Tiongkok, antara lain Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd., Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Services Co., Ltd dan Shanghai Seafirst Co., Ltd terkait pengembangan bisnis produk perikanan terpadu.
Selain itu, PT Perikanan Indonesia juga menggaet perusahaan lain yakni Lygend Resources & Technology Co., Ltd, Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd dan Matrix Resources Co., Ltd terkait kerjasama operasional pengembangan pelabuhan perikanan dan program penangkapan ikan terukur.
Direktur Utama PT Perikanan Indonesia Sigit Muhartono mengatakan ajang World Seafood Shanghai ini adalah ajang temu antar perusahaan dan pebisnis perikanan yang professional di kancah internasional.
“Kami selaku BUMN Perikanan ini berhasil melakukan kerja sama dengan 6 perusahaan asal Tiongkok untuk menjadi mitra bisnis. Baik bisnis perdagangan dan pengolahan ikan, jasa bisnis kepelabuhanan ataupun program penangkapan ikan terukur yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan,” katanya, dalam keterangan tertulis, Senin 28 Agustus.
Penandatanganan nota kesepahaman di ajang WSS 2023 dilakukan oleh Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia Fajar Widisasono sebagai perwakilan perusahaan dengan masing-masing perwakilan perusahaan Tiongkok. Aksi tanda tangan ini disaksikan oleh Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Keluatan dan Perikanan (PDSPKP) KKP RI Budi Sulistyo dan Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha Holding BUMN Pangan ID FOOD Dirgayuza Setiawan.
Sigit menjelaskan, penandatanganan kerja sama akan memperkuat pangsa ekspor ke Negeri Tirai Bambu. Tujuan lain yakni untuk memperkokoh segmen bisnis pelabuhan perikanan di Indonesia.
Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia Fajar Widisasono menjelaskan, PT Perindo menjajaki kerja sama dengan Shanggang Edi-China Trading Co., Ltd. Perusahaan perdagangan ekspor impor ini membutuhkan udang jenis vanamei sebanyak 108 ton atau 4 kontainer per bulan untuk disuplai oleh PT Perikanan Indonesia. Kontrak ini memiliki valuasi ekspor sebesar Rp11,5 miliar per bulannya.
Sementara itu, perusahaan lainnya yakni Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Service Co., Ltd. mengajukan permintaan impor Baby Tuna dan Cakalang dari Indonesia sebanyak 6 kontainer per bulan dengan kapitalisasi Rp4,4 miliar per bulannya.
“Sebetulnya permintaan lebih dari itu, namun Kami akan berusaha untuk menyuplai permintaaan mereka dengan volume yang kami sesuaikan dengan kemampuan perusahaan,” tutur Fajar.
Selain dengan perusahaan di atas, PT Perikanan Indonesia juga meneken kerja sama bisnis pengembangan pelabuhan perikanan dan program Penangkapan Ikan Terukur dengan Lygend Resources & Technology Co,. Ltd, Matrix Resources Co. Ltd, dan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Hasil kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co,. menyatakan mereka akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shipu Town yang berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia.
Lygend Resources juga akan menghimpun konsorsium 67 pabrik pengolahan ikan di Shipu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku 700.000 ton per tahun. Bahkan beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan PT Perindo ke Tiongkok bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi, Maluku Utara.
BACA JUGA:
Begitu pula dengan Matrix Resources Co. Ltd, yang merupakan anak perusahaan dari Lygend Resources, bersedia menjadi importir ikan dari hasil produksi PT Perikanan Indonesia. Mereka membutuhkan setidaknya 3.000 ton ikan Cakalang dan Baby Tuna dengan kapitalisasi Rp 80 miliar per bulan.
Sementara itu, MOU terkait program Penangkapan Ikan Terukur dilakukan dengan perusahaan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Dari hasil pembahasan kerja sama, Zhejiang Ocean Fisheris akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia pada awal September untuk tindak lanjut rencana kerja sama.
Saat ini, Zhejiang Ocean Fisheris memiliki 25 unit kapal baja berukuran 150 GT yang siap dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia. Zhejiang juga telah memiliki pangkalan pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan fasilitas seluas 3,5 hektar.
“Kami berharap lawatan ke China dalam ajang WSS ini dapat segera ditindaklanjuti dengan kerja nyata yang membawa keuntungan bagi PT Perikanan Indonesia,” pungkas Fajar.