Bagikan:

JAKARTA - Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus meningkatkan daya saing industri melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

Salah satunya upayanya adalah menggelar Temu Bisnis Industri bertajuk Peran Layanan Jasa BBSPJI dalam Peningkatan Daya Saing Industri Nasional. Kegiatan ini digelar Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa (BBSPJI Selulosa), beberapa waktu lalu.

Kepala BBSPJI Selulosa Kemenperin Hendra Yetty mengatakan, Kegiatan Temu Bisnis Industri tersebut diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi dengan asosiasi industri, perusahaan industri, dan pengguna layanan jasa teknis lainnya dalam pengembangan jasa layanan oleh BBSPJI Selulosa Kemenperin.

"Dalam mendukung daya saing industri, BBSPJI Selulosa memberikan pelayanan jasa industri seperti pengujian, kalibrasi, sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), sertifikasi industri hijau, verifikasi (inspeksi) recycle content untuk keperluan ekspor, konsultansi, optimalisasi pemanfaatan teknologi, serta pendampingan teknis yang diharapkan menjadi solusi pemecahan masalah industri selulosa," kata Yetty dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat, 30 Juni.

Yetty menyatakan, satuan kerja (satker) yang dipimpinnya saat ini akan terus menjalankan tugas dan fungsinya dengan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat industri dan meningkatkan kapasitas layanan dan kelembagaan yang berintegritas, serta berkompeten melalui jasa standardisasi, pengujian, kalibrasi, pelatihan, sertifikasi produk, verifikasi dan sertifikasi ekolabel, sertifikasi industri hijau, serta tengah mengembangkan lingkup layanan dalam hal perluasan lingkup pengujian, lingkup kalibrasi, dan uji profisiensi.

"Saat ini juga tengah dibentuk Lembaga Verifikasi/Validasi Gas Rumah Kaca (LVV GRK), Lembaga Penjaminan Halal (LPH) dan Lembaga Verifikasi TKDN. Dalam membantu pemecahan masalah industri, BBSPJI Selulosa juga memberikan pelayanan konsultansi, pendampingan teknis serta optimalisasi pemanfaatan teknologi industri," ujar Yetty.

Dalam upaya menjalankan fungsinya, BBSPJI Selulosa juga melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri nasional, salah satunya telah mengembangkan mesin untuk pemanfaatan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang digunakan sebagai bahan baku alternatif industri kertas.

"Langkah strategis tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan bahan baku kertas daur ulang yang masih impor," imbuh Yetty.

Pada 2022, kapasitas terpasang industri pulp nasional sebesar 12,13 juta ton per tahun, memposisikan Indonesia di peringkat delapan dunia. Sedangkan, industri kertas memiliki kapasitas terpasang sebesar 18,26 juta ton per tahun yang menempatkan Indonesia di peringkat keenam dunia.

Pada akhir triwulan I-2023, industri kertas dan barang dari kertas menunjukkan kinerja baik dengan nilai ekspor sebesar 768,38 juta dolar AS atau naik 11,17 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor turun sebesar 4,01 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2022.