JAKARTA - Indonesia dinilai berpeluang memimpin blok ekonomi digital di kawasan regional Asia Tenggara seiring banyaknya investasi usaha rintisan teknologi sekaligus pasar terbesar, sehingga dapat memainkan peran signifikan bagi perekonomian dunia.
Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady, seperti dikutip dari Antara, Senin 5 Juni mengatakan, Indonesia menguasai nyaris separuh populasi Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Hingga Maret 2023, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk dalam 10 besar negara dengan usaha rintisan terbanyak.
Total startup Indonesia, sebagaimana dilaporkan Startup Ranking, mencapai 2.502 perusahaan.
John menilai dengan posisi tersebut, Indonesia bisa memimpin Asia Tenggara memaksimalkan potensi ekonomi di era digital seperti sekarang. Pertumbuhan usaha rintisan di Indonesia pun masih cukup prospektif.
"Dalam satu dekade ke depan, Indonesia masih menikmati bonus demografi dengan pertumbuhan kelas menengah yang solid dan pasar pengguna generasi milenial maupun generasi Z yang adaptif terhadap teknologi," kata John.
Faktor lain yang menjadikan Indonesia sebagai motor, menurut dia, adalah pembangunan infrastruktur fisik maupun penetrasi internet secara luas dan merata.
"Hal ini pun sangat disadari Bapak Presiden Jokowi, yang menghendaki Indonesia sebagai pemain utama ekonomi digital di Asia Tengara," tambahnya.
Di sisi lain, John mengungkapkan Asia Tenggara secara regional saat ini dan masa mendatang bakal memiliki peran signifikan bagi perekonomian dunia.
"Untuk tahun ini saja, tingkat pertumbuhan Asia Tenggara masih di atas rata-rata dunia, diprediksi sekitar 4,7 persen," ujarnya.
Lebih jauh, populasi Asia Tenggara pada tahun ini diperkirakan menembus 679,69 juta, atau hampir 9 persen dari total penduduk dunia. Ditambah lagi, menurut dia, mayoritas populasi itu berusia produktif yang menunjang pertumbuhan dan konsumsi pasar cukup besar.
John memprediksi dalam sepuluh tahun ke depan, Asia Tenggara bisa menembus sebagai motor pertumbuhan ketiga terbesar di dunia.
"Tidak hanya tinggi, stabilitas kawasan pun terjaga. Hal inilah yang menarik investasi dari luar," tambahnya.
Dia menilai momentum KTT Asia Tenggara Ke-42 sangat cermat melihat peluang kesatuan ekonomi tersebut dan selayaknya bisa direalisasikan lebih jauh. Menurut John, pada 2015, upaya serupa pun telah dimulai dengan kesepakatan pembentukan Asia Tenggara Economic Community (AEC).
BACA JUGA:
Untuk Asia Tenggara, Lippo Group juga ikut terlibat mengembangkan berbagai usaha rintisan dengan berinvestasi di 40 perusahaan teknologi di kawasan.
"Itu untuk kategori early stage, memang paling utama masih di Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, pengembangan dan kesatuan ekonomi digital telah menjadi bahasan dalam KTT ASEAN Ke-42 di Labuan Bajo, NTT, tahun ini. Pertemuan tersebut mengingatkan kembali peran penting negara-negara kawasan Asia Tenggara ini dalam percaturan perekonomian dunia.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan kawasan ASEAN harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia (epicentrum of growth).
Presiden Jokowi pun menyampaikan pesan agar negara-negara Asia Tenggara selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hasil KTT itu pun sangat bermakna untuk mengingatkan kembali potensi besar yang dimiliki kawasan.