Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia termasuk yang tumbuh kuat di tengah berbagai gejolak global.

Menurut dia, Indonesia, China, dan India konsisten tumbuh di atas pertumbuhan global.

Hal ini diungkap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR awal pekan ini.

“Ketiga negara emerging itu memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, namun masing-masing memiliki tantangan,” ujarnya dalam siaran pers yang dikutip Rabu, 31 Mei.

Menkeu menjelaskan, pascakrisis keuangan global 2008, ekonomi global melambat dan diperburuk oleh mulainya perang dagang antara AS dan China saat 2017. Selanjutnya, adanya pandemi COVID-19 juga menyebabkan kontraksi yang dalam secara global.

“Disini kita lihat Indonesia dan India termasuk yang pulih paling cepat, walaupun dihadapkan pada krisis geopolitik,” tuturnya.

Menkeu menambahkan, kebijakan fiskal Indonesia telah terbukti efektif mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk di masa pandemi. Di antara negara G20 dan ASEAN, kenaikan PDB Indonesia dan Vietnam lebih besar dari utang, sementara mayoritas negara lainnya, kenaikan utang justru lebih tinggi dari PDB nya masing-masing.

“Setelah tidak berarti tantangan kita semakin mudah. Kita lihat tensi geopolitik itu menjadi faktor dominan dan sama seperti dimana saja politik itu unpredictable dampaknya menjadi shock yang tidak bisa tercipta pattern-nya,” tuturnya.

Selain tensi geopolitik, Menkeu menekankan, ancaman kemunculan pandemi, perubahan iklim, dan digitalisasi menjadi tantangan yang perlu diwaspadai ke depan.

Bendahara negara itu menyebut hal-hal tersebut akan menjadi game changer dan mengubah konstelasi global hingga satu dekade ke depan.

“Untuk menghadapi ketidakpastian maka Indonesia harus mampu menciptakan resiliensi, dalam suasana yang tidak pasti harus dijaga dengan ketahan ekonomi Indonesia,” tegas dia.

Menkeu menyebut, tren pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut dengan kuat dimana PDB tumbuh di atas 5 persen dalam 6 kuartal berturut-turut.

Sri Mulyani menerangkan, pertumbuhan ini didukung oleh semua agregat demand yang telah pulih setelah pandemi yakni, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor-impor.

Sementara itu, dari komponen produksi seperti manufaktur, perdagangan, pertambangan, pertanian, konstruksi, transportasi, dan akomodasi juga mencatatkan kinerja yang positif.

“Secara regional juga sudah kita lihat bahwa pemulihan sudah dikontribusikan oleh semua daerah,” imbuhnya.

Sri Mulyani melanjutkan, pemulihan ekonomi yang berkualitas mampu menurunkan pengangguran dan kemiskinan.

Pemulihan ekonomi 2021-2022, mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 6,8 juta orang (neto), sehingga angka pengangguran turun ke angka 5,45 persen.

Adapun penguatan program Perlindungan Sosial (Perlinsos) juga telah mendorong penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan.

Tingkat kemiskinan turun dari 11,0 persen di 2014 menjadi 9,57 persen saat 2022.

Kemudian rasio kini turun tajam dari 0,414 di tahun 2014 menjadi 0,381 pada periode 2022.