JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dalam situasi ekonomi global yang melambat dan penuh ketidakpastian, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat dan stabil.
Meskipun berangkat dari basis yang tinggi (high base) pada 2022, perekonomian Indonesia tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,04 persen (yoy) pada triwulan IV 2023 dan 5,05 persen untuk keseluruhan tahun 2023.
Sri Mulyani menyampaikan APBN berperan sebagai shock absorber krusial dalam menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah merespons secara timely tanda-tanda perlambatan ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari pelemahan global pada triwulan III 2023, melalui paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di awal triwulan IV 2023.
“Alhamdulillah meski tahun 2023 pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat signifikan, ekonomi Indonesia mencatatkan konsistensi tren pertumbuhan yang sangat baik, ditopang oleh aktivitas permintaan domestik yang masih kuat, khususnya aktivitas konsumsi dan investasi”, ujar Sri Mulyani dalam keterangannya Rabu 7 Februari.
Sri Mulyani menjelaskan ekonomi juga tumbuh berkualitas. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang turut mendorong penurunan pengangguran dan kemiskinan.
Pemulihan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja yang mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 5,32 persen pada Agustus 2023 atau turun sebesar 0,54 persen dibanding Agustus 2022. Aktivitas ekonomi yang menguat juga telah mendorong penurunan tingkat kemiskinan dari 9,54 persen pada maret 2022 menjadi 9,36 persen di tahun 2023.
Konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama perekonomian, tumbuh 4,47 persen pada triwulan IV 2023, atau tumbuh 4,82 persen sepanjang tahun 2023.
Daya beli masyarakat yang tetap terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga konsumsi masyarakat.
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) melonjak tinggi, tumbuh 18,11 persen pada triwulan IV-2023, dan 9,83 persen sepanjang 2023. Hal ini terkait erat dengan penyelenggaraan Pemilu 2024.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) pada triwulan IV 2023 kembali tumbuh positif sebesar 2,81 persen setelah sempat terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Dengan demikian, konsumsi Pemerintah sepanjang tahun 2023 tumbuh sebesar 2,95 persen.
"Paket kebijakan Pemerintah dan penyerapan belanja negara yang optimal mampu mendorong konsumsi Pemerintah pada triwulan IV dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Penyerapan belanja negara yang optimal juga berkontribusi mendorong aktivitas ekonomi regional," tuturnya.
Sementara itu, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tercatat sebesar 5,02 persen pada triwulan IV-2023 dan 4,4 persen secara tahunan, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang tumbuh 3,9 persen.
Sri Mulyani mengatakan percepatan penyelesaian Proyek Strategis Nasional, aktivitas belanja modal Pemerintah, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjaga kinerja positif investasi.
Sektor swasta juga turut andil mendorong investasi di tahun 2023 ditunjukkan dengan realisasi PMA dan PMDN yang mampu tumbuh mencapai dua digit masing-masing 13,7 persen dan 22,1 persen.
BACA JUGA:
Kondisi infrastruktur yang semakin meningkat, kinerja ekonomi makro yang sangat baik, serta stabilitas sosial politik yang terjaga menjadi faktor krusial untuk menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi.
Adapun, ekspor riil pada triwulan IV 2023 tumbuh 1,64 persen dan 1,32 persen secara tahunan. Pertumbuhan positif ekspor tahun 2023 terutama didorong oleh meningkatnya ekspor barang migas dan ekspor jasa seiring dengan peningkatan jumlah wisman.
Meskipun dihadapkan dengan perlambatan perekonomian dunia dan tren moderasi harga komoditas, volume ekspor nonmigas tumbuh 8,43 persen sepanjang tahun 2023.
Pertumbuhan tersebut salah satunya berasal dari peningkatan volume ekspor besi dan baja, utamanya volume ekspor feronikel yang tumbuh mencapai 47,6 persen.
Selain itu, peningkatan volume ekspor juga terjadi pada kendaraan dan bagiannya serta bahan bakar mineral. Di sisi lain, impor barang pada triwulan IV-2023 masih terkontraksi sebesar 0,15 persen dan sebesar 1,65 persen secara tahunan.