JAKARTA – Di tengah prospek perekonomian global yang relatif stagnan dan penuh ketidakpastian, ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 tumbuh 5,05 persen (yoy) ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan di tengah berbagai tantangan kondisi global, hasil ini menjaga optimisme target-target kinerja perekonomian nasional, kita lihat konsumsi rumah tangga dan investasi memberikan kontribusi yang baik, di sisi lain ekspor juga masih menunjukkan kinerja yang baik.
"Tentunya ke depan Pemerintah akan terus menyiapkan berbagai kebijakan dan strategi untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 6 Agustus.
Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) didorong oleh periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.
Selain itu, daya beli masyarakat terjaga seiring dengan terkendalinya inflasi, kenaikan gaji ASN, pemberian gaji ke-13 dengan tunjangan kinerja 100 persen, serta penciptaan lapangan kerja baru yang lebih besar di awal tahun 2024 sebesar 3,55 juta.
Sementara, konsumsi Pemerintah tumbuh positif sebesar 1,42 persen, meskipun basisnya sangat tinggi pada periode yang sama tahun lalu 10,47 persen. Hal ini terutama didukung oleh penyerapan Belanja Modal dan Belanja Barang yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 39,5 persen dan 6,1 persen.
"Tingginya pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II tahun lalu terutama karena THR dan gaji 13 ASN yang diberikan pada bulan April dan Juni, sementara di tahun ini diberikan pada bulan Maret dan Juni," ujarnya.
Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tercatat tumbuh menguat sebesar 4,43 persen (yoy) ditopang oleh kinerja pertumbuhan investasi bangunan yang tumbuh 5,31 persen.
Sri Mulyani menyampaikan penyerapan belanja modal pemerintah yang tinggi terkait penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi.
Sri Mulyani menjelaskan sktivitas konstruksi properti sektor swasta terus menunjukkan tren peningkatan yang terkait erat dengan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) perumahan.
Sementara itu, aktivitas investasi yang terkait komponen mesin dan perlengkapan tumbuh 6,08 persen. Aktivitas investasi swasta yang masih kuat juga terlihat dari kinerja realisasi PMA dan PMDN yang tumbuh 22,49 persen serta PMI Manufaktur yang berada di zona ekspansi sepanjang triwulan II. Berkurangnya sentimen wait and see pasca Pemilu berkontribusi mendorong aktivitas investasi.
Di sisi lain, kinerja ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2024 tumbuh tinggi 8,28 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,37 persen.
Dari sisi produksi, semua sektor tumbuh positif pada triwulan II-2024. Sektor Manufaktur tumbuh sebesar 3,95 persen (yoy). Industri-industri terkait hilirisasi seperti industri pengolahan logam dasar dan industri barang galian bukan logam tumbuh tinggi.
Sri Mulyani menyampaikan industri makanan dan minuman yang menjadi kontributor terbesar sektor manufaktur tumbuh 5,53 persen. Di sisi lain, industri tekstil dan pakaian jadi serta industri alas kaki tumbuh melambat seiring dengan melemahnya permintaan global.
Sektor utama lainnya, Sektor Perdagangan tumbuh sebesar 4,86 persen (yoy) menguat dibanding dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan konsumsi masyarakat yang masih kuat.
"Hal ini tercermin dari pertumbuhan Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,92 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,67 persen," jelasnya.
Di sisi lain, Sektor Pertambangan mengalami perlambatan terutama terkait dengan penurunan produksi migas dan batubara.
Sri Mulyani mengatakan penurunan produksi migas terutama disebabkan oleh penurunan alami produksi migas dari sumur-sumur lama. Sementara penurunan produksi batubara terkait erat dengan terus menurunnya harga batubara.
BACA JUGA:
Secara keseluruhan, Sri Mulyani menyampaikan kinerja pertumbuhan ekonomi yang resilien dan konsisten di atas 5 persen memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
"Angka pengangguran menurun dari 5,45 persen di tahun 2023 menjadi 4,82 persen tahun ini, sementara tingkat kemiskinan juga terus menurun dari 9,36 persen menjadi 9,03 persen," tuturnya.
Sri Mulyani menyampaikan pemerintah akan terus memantau risiko stagnasi perekonomian global yang diperkirakan masih berlanjut sepanjang tahun 2024.
"APBN 2024 akan terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi sehingga target pertumbuhan sebesar 5,2 persen dapat tercapai," ujarnya.
Selain itu, Sri Mulyani menjelaskan berbagai upaya penguatan fundamental ekonomi terus dilakukan melalui transformasi ekonomi, penguatan ketahanan pangan, pengembangan energi terbarukan, hilirisasi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta perbaikan iklim investasi dan bisnis dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi jangka menengah panjang.