LABUAN BAJO - Pemerataan akses internet dan jaringan telekomunikasi berkualitas tinggi masih menjadi tantangan utama negeri ini. Fakta menunjukkan, hingga saat ini masih terdapat lebih dari 57 Juta penduduk Indonesia belum tersambung internet (Survei APJII, 2024), terutama di daerah terdepan, terluar dan terjauh (3T).
Ditopang oleh lebih dari 38.000 menara dan lebih dari 37.000 KM fiber optic, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) sebagai perusahaan digital infrastruktur telekomunikasi terbesar di Indonesia, berupaya mengambil peran lebih besar untuk menjadi garda terdepan dalam mengakselerasi pemerataan akses jaringan telekomunikasi di seluruh pelosok negeri, khususnya di kawasan Indonesia Timur.
Salah satu upaya untuk meningkatkan layanan telekomunikasi di Indonesia dilakukan dengan mendorong inovasi Flying Tower System (FTS), teknologi pesawat tanpa awak bertenaga surya yang menggunakan teknologi High Altitude Platform Station (HAPS) dari anak usaha Airbus, AALTO HAPS Ltd. (AALTO).
Mitratel baru saja menjalin kemitraan strategis non-eksklusif dalam pengembangan Flying Tower System (FTS) dengan AALTO. Kerja sama antara Mitratel dan AALTO merupakan potensi yang sangat baik untuk memperluas konektivitas. Hal ini termasuk memperluas cakupan operator seluler (MNO).
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko (Teddy), saat Media Gathering, di Labuan Bajo, Senin 5 Agustus mengatakan, kerja sama antara Mitratel dan AALTO ini merupakan upaya perseroan dalam mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk memberikan akses yang merata terhadap telekomunikasi berkualitas tinggi bagi seluruh masyarakat.
"Akses internet dapat meningkatkan kualitas hidup sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Oleh karena itu, kami merintis berbagai inisiatif dan mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan Mitratel untuk memperluas jaringannya secara efektif. Mitratel senantiasa berkomitmen untuk tetap menjadi yang terbaik dan tumbuh berkelanjutan dalam mendukung pemerataan dan kedaulatan digital di Indonesia," jelasnya.
Berkomitmen untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi di luar pulau Jawa, saat ini 59 persen atau sejumlah 22.607 menara yang dimiliki Mitratel berada di luar Jawa. Komposisi ini sejalan dengan langkah strategis perseroan untuk menangkap peluang ekspansi operator seluler dalam mengembangkan bisnisnya ke luar Jawa.
Hal ini juga terefleksikan dari pertumbuhan tenant di luar Jawa sebesar 8%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang pertumbuhannya sebesar 6 persen. Sejalan dengan itu pertumbuhan tenancy ratio di luar Jawa sebesar 2,3 persen lebih tinggi dibandingkan di Jawa sebesar 1,6 persen.
Berbagai upaya penguatan infrastruktur serta inovasi yang diinisiasi oleh Mitratel ini semakin mengukuhkan pertumbuhan kinerja perusahaan yang tercermin dari pencapaian semester I 2024. Pendapatan mencapai Rp4,45 triliun, meningkat 7,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY) dan laba bersih tembus Rp1 triliun.
Kepercayaan industri terhadap Mitratel terus memacu manajemen untuk melakukan ekspansi bisnis dan menjajaki berbagai peluang yang sejalan dengan strategi Perusahaan, termasuk adopsi teknologi baru untuk menghadapi perubahan di industri dengan melakukan kemitraan strategis yang selektif dan terus mengembangkan infrastruktur di luar pulau Jawa.
"Kami percaya strategi ini semakin mendekatkan kami dengan visi Mitratel untuk menjadi Digital InfraCo nomor satu di pasar APAC (Asia-Pacific)," tambah Teddy.
Model bisnis Mitratel menekankan diri pada sistem Economic Sharing, dimana Mitratel hadir sebagai one stop solution untuk berbagai kebutuhan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Model bisnis yang dipercaya membantu Mobile Network Operator (MNO) dalam melakukan efisiensi biaya operasional ini, menjadi salah satu faktor utama pertumbuhan jumlah penyewa layanan Mitratel yang mencapai 58.598 tenant, atau naik 7,1 persen yoy.
Meningkatnya kepercayaan industri telekomunikasi terhadap Mitratel menghasilkan peningkatan laba perusahaan, di mana laba sebelum pajak, bunga dan amortisasi (EBITDA) pada pada periode Januari - Juni 2024 ini mencapai Rp3,69 triliun. Angka ini meningkat 10,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas yang semakin baik.
Margin EBITDA yang meningkat menjadi 83,1 persen dari 81,2 persen pada tahun sebelumnya, mencerminkan efisiensi perusahaan yang semakin baik seiring dengan semakin besarnya skala bisnis, implementasi skema bisnis yang efisien, optimalisasi proses bisnis internal melalui digitalisasi dan lebih selektif dalam menggarap segmen tower related business.
BACA JUGA:
Berbagai keberhasilan pertumbuhan bisnis Mitratel, dicapai dengan tetap memprioritaskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam operasi dan strategi bisnisnya. Sejumlah upaya keberlanjutan telah dilakukan Mitratel untuk mengurangi dampak lingkungan, yakni dengan cara penerapan sistem manajemen lingkungan yang tersertifikasi dan penyempurnaan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan.
Salah satu bentuk nyata upaya mengurangi emisi karbondioksida (CO2), Mitratel menggunakan panel tenaga surya sebagai alternatif energi ramah lingkungan untuk menara-menara Base Transceiver Station (BTS) yang berada pada lokasi off grid.
Sebagai hasil dari upaya tersebut, Mitratel meraih perbaikan ESG Risk Rating di antara perusahaan menara dan telekomunikasi dengan skor 22,4, di atas dari nilai rata-rata industri domestik dan global sebesar 26,2, dan menjaga posisi untuk selalu masuk di indeks LQ45.
"Komitmen kami terhadap ESG adalah bagian integral dari strategi jangka panjang Mitratel. Kami percaya bahwa dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam lingkungan, sosial, dan tata kelola, kami tidak hanya akan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar kami," tutup Teddy.