Ekonom Senior Didik Rachbini Nilai Perlu Adanya Antisipasi Kebijakan Ekonomi dan Politik dalam Konflik Iran-Israel
Ekonom Senior Didik J Rachbini . (Foto: Instagram @didikrachbini)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Didik J Rachbini menilai serangan mengejutkan dari Iran sebagai balasan terhadap Israel membuat dunia terkejut dan sekaligus meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah akan menimbulkan dampak yang luas pada perekonomian nasional dan global, yang mutlak harus diantisipasi dengan kebijakan.

Menurut Didik eskalasi lanjutan masih belum dapat dipastikan, tetapi faktor yang mendamaikan hampir tidak ada sama sekali sehingga kecil kemungkinan akan segera berhenti. Oleh sebab itu, antisipasi mitigasi kebijakan perlu dirumuskan dan dijalankan dengan kondisi lingkungan yang tegang.

Didik menyampaikan kondisi ini berisiko bagi pemerintahan presiden terpilih. Pasalnya, kondisi tidak pasti ini bisa dan akan membuat berantakan dalam menjalankan kebijakan ekonominya dan sekaligus menambah beban baru bagi masyarakat.

"Sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga angan-angan dalam kampanye, lupakan saja, fokus pada daya tahan masyarakat, daya beli mereka, menahan agar tidak terjadi pengangguran yang besar," jelasnya dalam keterangannya, Kamis, 18 April.

Oleh sebab itu, Didik mengatakan kebijakan menjaga inflasi dan harga-harga kebutuhan pokok merupakan kebijakan utama untuk melindungi golongan bawah yang rentan.

Didik menyampaikan terdapat 3 kebijakan yang harus diutamakan untuk menjaga dan melindungi golongan bawah dan rentan.

Adapun Kebijakan pertama yaitu untuk menjaga daya beli tidak turun, maka pemerintah harus sekuat tenaga dan segala kemampuan mengendalikan harga-harga atau menjaga inflasi. Ini merupakan duet pemerintah dan Bank Indonesia.

Dalam kebijakan ini, menurut Didik Bank Indonesia berperanan penting mengendalikan dari sisi moneternya.

"Sejauh ini BI cukup baik dalam melaksanakan pengendalian inflasi dan lebih keras lagi menjalankannya pada saat dunia dalam ketegangan yang memuncak," jelasnya.

Selanjutnya, pada sisi sektor riil pemerintah pusat dan daerah sudah wajib memantau harga-harga kebutuhan pokok rakyat secara realtime.

Kemudian, kebijakan yang kedua adalah fiskal, satu-satunya instrumen kebijakan yang langsung bisa dipakai oleh pemerintah. Kebijakan ini dijaga agar pengeluaran produktif, mampu membantu masyarakat bawah dan rentan.

Didik menyampaikan kebijakan fiskal yang baik adalah prudent, berhati-hati dan mampu mengendalikan defisit, jangan jor-joran, proyek besar kendalikan, dan populisme jangan serampangan.

Sementara, Didik menyampaikan kebijakan terakhir yaitu untuk mempertahankan produktivitas dan dunia usaha di dalam negeri.

"Harus diingat bahwa sektor dalam negeri adalah bagian terbesar, yakni 75 persen. Meskipun eksternal guncang tetapi menjaga ekonomi dan usaha dalam negeri terutama menengah kecil sangat penting di masa genting," tuturnya.

Menurut Didik kebijakan perdagangan luar negeri diarahkan ke kawasan yang sedikit terpengaruh perang. Jalur ke eropa dan timur tengah pasti terganggu.

"Tetapi mitra dagang di kutub ekonomi lainnya akan hidup terus, seperti mitra Jepang, Cina, Asean, India dll," ucapnya.

Menurut Didik pelemahan rupiah, telah menimbulkan dampak psikologis dan ini sudah terasa di masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu ahli komunikasi publik yang mengerti masyarakat.

"Terutama calon pemerintah baru mulai sekarang untuk melakukan kebijakan komunikasi publik berkaitan dengan antisipasi kebijakan dari dampak perang Iran Israel," pungkasnya.