Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pendapatan negara pada semester I 2024 mengalami kontraksi sebesar 6,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Hal tersebut berdasarkan hasil rapat Koordinasi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III 2024 yang sudah dilakukan terdiri dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Meskipun begitu, Sri Mulyani menyampaikan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai dengan kuartal II-2024 tetap terjaga dengan defisit yang terkendali, di tengah gejolak ekonomi global.

"Pendapatan negara terkontraksi 6,2 persen yoy, sedangkan belanja negara tumbuh sebesar 11,3 persen yoy," ucapnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2024, Jumat, 02 Agustus.

Dengan kinerja tesebut, Sri Mulyani menyampaikan APBN mencatatkan defisit sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34 persen PDB, tetap terkendali dengan keseimbangan primer masih surplus sebesar Rp162,7 triliun.

"Kinerja APBN yang diprakirakan tetap terjaga sampai akhir tahun ini akan menjadi fondasi kuat untuk mendukung transisi yang solid di tahun 2025," jelasnya.

Sri Mulyani menyampaikan hingga semester I 2024, realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.320,7 triliun atau 47,1 persen dari target APBN 2024, atau terkontraksi 6,2 persen (yoy).

Sementara dari realisasi belanja negara mencapai Rp1.398,0 triliun atau tumbuh 11,3 persen (yoy), terutama dipengaruhi upaya untuk terus menopang berbagai agenda pembangunan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan tetap menjaga kesejahteraan masyarakat.

Realisasi belanja negara meliputi realisasi belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp997,9 triliun, tumbuh 11,9 persen (yoy) dan realisasi transfer ke daerah yang mencapai Rp400,1 triliun, tumbuh 9,9 persen (yoy).