Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten tinggi di dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan di atas 5 persen dalam 6 kuartal berturut-turut.

“Kita lihat Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten tinggi. Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5 persen dalam 6 kuartal terakhir,” ujarnya saat memaparkan realisasi APBN terbaru, dikutip Selasa, 27 Juni.

Menurut Menkeu, tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia memang beragam, tetapi banyak negara yang mengalami kemerosotan cukup tajam pada 2023 akibat gejolak yang terjadi di level global.

Kata dia, perekonomian global masih mendapatkan tekanan akibat eskalasi geopolitik, baik yang terjadi di Ukraina maupun yang terjadi antara negara-negara besar di dunia.

Selain itu, debt distress atau kesulitan utang di banyak negara, terutama di developing dan emerging country maupun di negara-negara maju, juga menghalangi pemulihan ekonomi.

“Kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia. Di beberapa negara, sektor keuangan mengalami kerapuhan. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerosi dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut,” tuturnya.

Di sisi lain, sambung Menkeu, perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah perlambatan ekonomi global. Kinerja perekonomian domestik terjaga baik, seiring inflasi yang terus menurun dan daya beli masyarakat terjaga kuat. Inflasi Indonesia pada Mei 2023 sebesar 4,0 persen year on year(yoy). Angka ini lebih baik dibandingkan negara-negara maju, seperti Italia, Australia, Jerman, dan Singapura.

“Inflasi masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan yang ingin kita lihat yaitu penurunan, terutama disumbangkan oleh volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam yaitu 3,3 persen dan mulai menurunnya core inflation ke 2,7 persen. Di sisi lain, administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan,” tegasnya.

Bendahara negara memastikan pemerintah tetap konsisten menjaga inflasi 2023 di kisaran 3 persen plus minus 1 persen untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional di tengah masih adanya potensi risiko inflasi ke depan. Adapun, strategi yang dipilih dengan memperkuat kolaborasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum kebangkitan ekonomi.

Sebagai informasi, perekonomian Indonesia yang tetap resilien di tengah dinamika global juga dapat dilihat dari ekspor dan impor yang kembali menguat dan neraca perdagangan yang menunjukkan surplus.

Pada Mei 2023, ekspor tercatat 21,7 miliar miliar dolar AS atau tumbuh 0,96 persen. Sementara, impor tercatat 21,2 miliar dolar AS atau naik 14,35 persen yoy. Kemudian, neraca perdagangan Mei 2023 sebesar 440 juta miliar dolar AS.

“Memang ini adalah surplus yang cukup tipis, namun secara akumulasi Januari hingga Mei, surplus dari neraca perdagangan mencapai 16,5 miliar dolar AS. Ini adalah suatu hal yang cukup positif, namun kita waspadai dengan tren melemahnya ekspor,” tutup Menkeu Sri Mulyani.