Bagikan:

JAKARTA - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), emiten yang bergerak di sektor Energi dan Kimia melalui kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 88 persen di kuartal I tahun 2023.

Pada kuartal I tahun ini ESSA membukukan laba bersih sebesar 3 juta dolar AS atau sebesar Rp44,2 miliar dari periode sebelumnya sebesar 26 juta dolar AS.

ESSA juga mencatatkan pendapatan sebesar 87,8 juta dolar AS atau turun 45 persen dari 159 juta dolar AS pada periode sebelumhya.

ESSA juga membukukan EBITDA sebesar 22,5 juta dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 67 persen dari periode yang sama di tahun 2022.

Sekretaris Perusahaan ESSA, Shinta D.U. Siringoringo menjelaskan, pendapatan yang lebih rendah terutama disebabkan penurunan harga komoditas serta penutupan dan pemeliharaan terjadwal pabrik amoniak selama 3 minggu.

"Pabrik Amoniak telah beroperasi dengan produktivitas yang optimal dan efisien setelah berhasil menyelesaikan kegiatan pemeliharaannya," ujar Shinta dalam keterangan tertulis kepada media yang dikutip Selasa 2 Mei.

Shinta menambahkan, harga amoniak global melemah pada kuartal I tahun 2023, terutama pada Maret seiring harga energi global yang kembali normal, sementara jumlah permintaan masih dalam pemulihan secara bertahap.

Dengan dibukanya kembali pasar China setelah COVID-19, permintaan di sektor pupuk membaik. Namun, Eropa tetap berada di bawah tekanan harga gas yang tinggi. Sehingga ESSA memperkirakan harga amoniak akan kembali normal ke tingkat yang lebih sehat pada paruh kedua tahun ini.

Lebih lanjut Shinta menambahkan, sehubungan dengan Proyek Blue Ammonia dengan dukungan JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation), Mitsubishi Corporation, Pertamina, dan LAPI ITB, ESSA telah menyelesaikan tahap 1 studi carbon capture dan sequestration.

"Saat ini tahap 2 studi kelayakan sedang berlangsung. Proyek ini akan menjadi tonggak penting bagi ESSA karena bertujuan untuk menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi Blue Ammonia di tahun-tahun mendatang," pungkas Shinta.