JAKARTA - Korporasi yang bergerak di sektor industri kimia dan energy PT Surya Esa Perkasa Tbk. membukukan rugi bersih sebesar 19,12 juta dolar AS atau setara dengan Rp275,67 miliar (kurs Rp14.417) di sepanjang 2020.
Melansir laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Senin, 22 Maret, disebutkan bahwa raihan tersebut anjlok bila dibandingkan dengan kinerja 2019 dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 2,63 juta dolar AS atau Rp37,9 miliar.
Emiten berkode saham itu ESSA itu sendiri tercatat merupakan salah satu perusahaan milik kakak Menteri BUMN Erick Thohir, yakni Garibaldi Thohir alias Boy Thohir.
Lebih lanjut, kontraksi kinerja ESSA utamanya disebabkan oleh pendapatan yang turun 21 persen secara tahunan menjadi 175,5 juta dolar AS dari sebelumnya 221,9 juta dolar AS pada 2019.
Kemudian, beban pokok pendapatan turun 9,12 persen 182,8 juta dolar AS pada periode 2019 menjadi 166,1 juta dolar AS pada 2020.
Hal ini menyebabkan laba kotor yang tergerus 76 persen menjadi 9,37 juta dolar AS dari sebelumnya 39,08 juta dolar AS.
Alhasil, beban penjualan meningkat signifikan dari 2 57.152 dolar AS menjadi 2,2 juta dolar AS. Sementara beban umum dan penjualan menipis 9,57 persen dari 15,82 juta dolar AS menjadi 14,3 juta dolar AS.
Lalu, untuk beban keuangan perseroan turun dari 38,95 juta dolar AS menjadi 35,47 juta dolar AS.
Dari sisi liabilitas tercatat mengalami penurunan 18,16 persen menjadi 480,27 juta dolar saat penutupan periode 2020. Angka ini lebih rendah dari 2019 yang sebesar 586,87 juta dolar AS.
Selanjutnya, aset perusahaan disebutkan terpapas 11,53 persen dari sebelumnya 895,31 juta dolar AS pada 2019 menjadi 792,05 juta dolar AS saat akhir tahun lalu.
BACA JUGA:
Presiden Direktur and Chief Executive Officer ESSA Vinod Laroya mengungkapkan meskipun harga amonia mengalami penurunan secara signifikan akibat dampak COVID-19, namun segmentasi pasar yang digarap perseroan relatif mampu bertahan dalam situasi sulit pandemi.
“Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan kembali harga Amonia secara tajam sejak Januari 2021 yang didorong oleh masalah hambatan pasokan serta karena memasuki masa awal pemulihan permintaan,” ujarnya dalam keterangan pers.
Berdasarkan informasi profil perusahaan tercatat di BEI, ESSA diketahui dikendalikan oleh PT Trinugraha Akraya Sejahtera dengan persentase 23,1 persen. Disusul kemudian PT Ramaduta Teltaka 14,7 persen, dan Chander Vinod Laroya sebesar 13 persen.
Boy Thohir sendiri menguasai 3,6 persen saham ESSA. Meski demikian, Boy tercatat sebagai salah satu pendiri sekaligus pemilik dari PT Trinugraha Akraya Sejahtera yang merupakan entitas pengendali ESSA.
Untuk diketahui, PT Surya Esa Perkasa Tbk. merupakan emiten yang bergerak di sektor energi dan kimia dengan portofolio usaha di bidang kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan produksi Amonia.
Didirikan pada 2006, ESSA tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 2012. Melalui anak usahanya PT Panca Amara Utama, ESSA menjadi salah satu produsen amonia terbesar di Indonesia.