Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyambut positif pertumbuhan ekspor di Maret 2023 sebesar 9,89 persen month to month (mtm) menjadi 23,5 miliar dolar AS.

Meski demikian, secara tahunan ekspor melambat dikarenakan ekspor Maret 2022 yang sangat tinggi (high based effect).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, melemahnya kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga menjadi faktor turunnya ekspor Indonesia.

Menurut dia, ekspor bulan lalu masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia, dan bijih logam, terak, dan abu.

“China, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Selasa, 18 April.

Sementara itu, impor di bulan yang sama mencapai 20,59 miliar dolar AS atau tumbuh 29,33 persen dari bulan sebelumnya meski melambat dibanding periode yang sama tahun lalu (6,26 persen yoy).

Di lihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal masih mampu tumbuh positif, sebesar 18,49 persen (yoy), sementara impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi terkontraksi masing-masing 11,17 persen (yoy) dan 2,92 persen (yoy).

“Kinerja impor di bulan Maret disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, dan mesin mekanik. Impor terbesar didominasi dari negara China, Jepang, dan Thailand. Secara kumulatif bulan Januari hingga Maret 2023, impor mencapai 54,95 miliar dolar AS atau terkontraksi 3,28 persen (yoy),” tuturnya.

Atas perkembangan ekspor-impor tersebut, sambung Febrio, neraca perdagangan bulan Maret 2023 tercatat surplus sebesar 2,91 miliar dolar AS (kumulatif Januari s.d. Maret mencapai 12,27 miliar dolar AS) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut.

“Negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan besi dan baja,” kata dia.

Febrio mengungkapkan, kinerja ekspor pada kuartal I 2023 yang cukup baik menciptakan surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya.

“Meski pertumbuhan Indonesia tetap diproyeksikan solid dan meningkat, pemerintah akan terus mendorong ekspor di tengah perlambatan ekonomi global, terutama ke ASEAN, China, dan India di mana permintaan masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan PMI Manufaktur yang masih terus berekspansi,” tutup Febrio.