Pemerintah Waspadai Dampak Perlambatan Manufaktur di Negara Mitra Dagang
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan, pemerintah terus memantau perkembangan sektor manufaktur yang terjadi di negara mitra dagang guna menjaga kinerja ekspor.

Menurut dia, upaya itu merupakan langkah penting demi memastikan kondisi perekonomian di Indonesia tetap stabil.

Febrio menerangkan, hingga saat ini pengaruh perlambatan sektor manufaktur masih belum memberikan dampak besar.

“Walaupun purchasing managers index (PMI) Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama seperti China masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Kamis, 16 Februari.

VOI mencatat, sejumlah negara yang kini berada di zona kontraksi manufaktur (level di bawah 50) adalah Taiwan, Malaysia, Vietnam, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat.

“Ke depan, pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global, sebagaimana tercermin dari masih terkontraksinya PMI Manufaktur negara mitra dagang,” tuturnya.

Febrio menerangkan, ekspor nonmigas ke China masih mencatatkan pertumbuhan 25,2 persen year on year (yoy) pada Januari 2023 dari total ekspor nonmigas yang naik sebesar 49,4 persen.

Adapun, secara umum nilai ekspor sampai dengan bulan lalu diketahui sebesar 22,3 miliar dolar AS.

Angka itu tumbuh 16,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara untuk impor, disebutkan naik tipis 1,2 persen yoy menjadi 18,4 persen.

“Pertumbuhan semua jenis impor yang konsisten positif di semua jenis menunjukkan bahwa aktivitas produksi di dalam negeri masih terus ekspansif yang sejalan dengan indikator PMI Manufaktur Indonesia yang meningkat di bulan Januari,” tuturnya.

Atas perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan Januari 2023 mencatatkan surplus sebesar 3,87 miliar dolar AS.

“Kinerja ekspor dan impor Januari melanjutkan surplus neraca perdagangan hingga 33 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020,” tutur dia.

Febrio menambahkan, surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan global ke depan.

“Pemerintah akan terus mengupayakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor, termasuk melalui dorongan hilirisasi sumber daya alam, serta mendorong diversifikasi negara tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara potensial,” tutup dia.

Terkait