Bagikan:

JAKARTA - Insiden kebakaran yang kerap terjadi pada infrastruktur bisnis inti PT Pertamina (Persero) diklaim memberikan sentimen negatif terhadap kinerja dan investor saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Dalam kurun waktu satu bulan, kebakaran kembali terjadi pada kilang Pertamina Refinery Unit II di Kota Dumai, Riau pada Sabtu 1 April malam. Sebelumnya Terminal BBM Plumpang meledak dan terbakar pada 3 Maret.

Tak lama berselang, kapal tanker MT Kristin yang mengangkut BBM bersubsidi jenis Pertalite yang disewa Pertamina International Shipping, terbakar di perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tak kurang, dari 3 insiden itu sedikitnya 25 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan insiden itu memperburuk citra Pertamina di mata dunia, terlebih citra di mata investor. Manajemen Pertamina seharusnya mampu menggerakan semua potensi SDM untuk mengamankan aset yang dikelola, termasuk anak usahanya.

“Selain banyak korban jiwa, kinerja anak usaha juga terdampak yang membuat investor pada lari. Wilayah kerja dan fasilitas produksi Pertamina adalah obyek vital negara, aset strategis nasional,” katanya kepada wartawan, Selasa 4 Maret.

Buruknya citra Pertamina, paparnya, berdampak pada anak usaha yang sudah melantai di bursa.

"Kinerjanya bisa jeblok karena menganggap kurang patuh terhadap HSE. Kalau yang belum melantai di bursa, citranya tercoreng sebagai anak usaha badan usaha pemerintah," tuturnya.

Seperti diketahui, saham PGEO telah terjun bebas sejak pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023. Ketika itu atau pada masa IPO, saham PGEO dilepas pada kisaran harga Rp875 per lembar.

Setelah sekitar sebulan diperdagangkan, saham PGEO anjlok hingga 24,57% kisaran harga 650-660 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu, 5 April 2023. Bahkan, saham PGEO sudah berkali-kali mengalami auto reject bawah (ARB) pada beberapa sesi perdagangan.

Sebelumnya, banyak pihak menyayangkan lalainya BUMN minyak dan gas itu dalam mengelola bisnisnya. Manajemen dinilai lebih banyak mengurus bisnis yang justru tidak diamanatkan kepada Pertamina.

Saat ini Pertamina tercatat memiliki 13 anak usaha, merujuk data per 31 Desember 2021. Sebelumnya, perusahaan pelat merah ini tercatat memiliki 127 anak usaha yang lantas dipangkas seiring restrukturisasi.

Baru-baru ini, Pertamina melepas saham anak usahanya sebesar 25 persen, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE). Rencananya, aksi korporasi serupa juga akan disusul oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada tahun ini.