Bagikan:

JAKARTA - Terus melemahnya harga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diakibatkan oleh banyak hal, mulai dari tingkat kepercayaan investor yang minim, fundamental perusahaan yang kurang mumpuni, hingga sentimen negatif dari tata kelola induk usaha.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih mengatakan sentimen pasar bisa jadi sangat irrasional. Banyaknya depo dan kilang yang terbakar beberapa waktu terakhir milik induk usaha PGEO, yaitu Pertamina bisa jadi sentimen negatif.

Pada Sabtu 1 April 2023, ledakan kilang minyak Kembali terjadi di Putri Tujuh Pertamina Dumai, Riau. Insiden yang mengakibatkan sedikitnya sembilan korban luka itu menambah daftar panjang setelah kejadian kebakaran Depo BBM Plumpang, Jakarta Utara. Saat kebakaran Plumpang 25 warga tewas terbakar dalam insiden tersebut.

"Pasar akan mengaitkan dengan kinerja manajemen yang kurang, itu bisa saja terjadi," ujarnya kepada wartawan, Senin, 3 April.

Belum lagi, paparnya, menyorot tentang kinerja perseroan baik sisi keuangan maupun operasional. Laporan kinerja keuangan 2022 tidak membukukan salah satu proyek bernilai jumbo karena tidak menghasilkan. “Hal itu bukan sesuatu yang positif,” katanya.

Selain itu, lanjut Alfatih, banyak juga investor yang melihat pengelolaan utang perseroan. Misalnya pos utang jangka panjang sebesar US$600 juta atau sekitar Rp9 triliun yang disulap menjadi utang jangka pendek dan akan segera jatuh tempo.

Tertulis dalam laporan keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Utama PGEO Ahmad Subarkah Yuniarto itu, total utang PGEO dengan jangka pendek tersebut terdiri atas pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 105 juta dolar AS, MUFG Bank Ltd, Jakarta Branch sebesar 105 juta dolar AS dan PT Bank UOB Indonesia juga 105 juta dolar AS.

Berikutnya, berasal dari PT Bank HSBC Indonesia sebesar 82,5 juta dolar AS, Australia and New Zealand Banking Group Limited Singapore Branch 75 juta dolar AS, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai 52,5 juta dolar AS, Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore Branch senilai 52,5 juta dolar AS dan The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation Limited senilai 22,5 juta dolar AS.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan turunnya harga saham bukan soal utang dan minusnya kinerja perseroan saja. Penolakan warga di sekitar proyek geothermal juga menjadi variabel yang kurang bagus.

"Penolakan masyarakat di sekitar proyek geothermal masih berlanjut. Padahal, perusahaan harus memastikan proses yang diklaim sebagai energi terbarukan bebas dari konflik dengan masyarakat hingga memenuhi aspek dampak lingkungan yang baik," ujar Bhima.

Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan Senin, 3 April 2023, saham PGEO kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar. Dengan begitu, perseroan telah mengalami koreksi lebih 25 persen sejak pertama melantai di bursa.