Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyadari bahwa kinerja jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dipimpinnya masih jauh dari kata sempurna. Dia mengakui ada banyak hal yang perlu diperbaiki demi memastikan target maupun tugas pelayanan dapat dicapai dengan optimal.

Hal itu dia sampaikan saat memenuhi undangan Komisi XI DPR terkait dengan evaluasi reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan hari ini.

“Kami juga menyadari teman-teman di Bea Cukai perlu terus memperbaiki di sisi pelayanan yang harus berdasarkan risk management, jangan sampai semua orang kemudian diaduk-aduk barangnya sehingga membuat marah (si pemilik barang),” ujar dia di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin, 27 Maret.

Menkeu menjelaskan jika aparat Bea dan Cukai bekerja terus-menerus selama 24 jam sejalan dengan amanah yang diberikan.

“Ini tugas yang tidak ringan tapi kita tahu bahwa harus tetap melayani,” tuturnya.

Lebih lanjut, Menkeu mengungkapkan bahwa pengenaan pungutan terhadap barang bawaan 500 dolar AS dari luar negeri telah memperhitungkan berbagai aspek terkait.

“Kami sudah melakukan kajian terhadap seluruh negara dunia untuk mendapat bagaimana best practice-nya,” tegas dia.

Sebelumnya, sempat mencuat pemberitaan yang menyebut Alissa Wahid, anak mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mendapat perlakuan yang tidak mengenakan dari petugas Bea Cukai di Bandara Soekarno-Hatta.

Saat itu dia diarahkan ke ruangan khusus dan mendapat pertanyaan yang tendensius dari petugas. Tidak hanya itu, Alissa juga diminta membuka koper yang dibawa untuk diperiksa petugas.

Setelah proses interogasi selesai, Alissa pun diperbolehkan lewat dengan sebelumnya membereskan koper yang telah diaduk-aduk oleh petugas.

Atas kejadian ini, Kementerian Keuangan melalui Juru Bicara Yustinus Prastowo menyampaikan permohonan maaf.

“Kami akui dan mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan pelayanan,” kata Yustinus.