JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kinerja industri furnitur dan kerajinan agar bisa lebih berdaya saing global, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal tersebut terlihat dari apresiasi yang diberikan oleh Kemenperin terhadap penyelenggaraan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2023, yang digelar belum lama ini
"Kami punya keunggulan yang kuat, dengan menghasilkan produk furnitur dan kerajinan yang unik dan berkualitas. Corak dan desain dari produk-produknya pun beragam, karena para pengrajin kami memiliki keterampilan yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah disaingi negara lain," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika lewat keterangan resminya, dikutip Senin, 13 Maret.
Menurut Putu, kegiatan JIFFINA 2023 telah terbukti membawa efek positif terhadap pengambangan industri furnitur di Indonesia. "Semoga pameran JIFFINA 2023 ini dapat berlangsung dengan sukses, serta memberikan manfaat bagi perkembangan industri furnitur dan kerajinan nasional," tuturnya.
Putu menegaskan, pihaknya telah memiliki dua strategi agar kinerja industri furnitur nasional semakin berdaya saing global, yakni melalui pengoptimalan pasar domestik dan memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional.
Dia menilai, strategi pertama dapat secara efektif dilakukan mengingat konsumen furnitur dalam negeri, terutama untuk kelas menengah terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.
"Kemudian, konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk ber-TKDN juga sedang gencar digalakkan oleh pemerintah. Hal ini yang juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur kami meningkatkan pasarnya di dalam negeri," ucap dia.
Pemerintah juga memfasilitasi melalui penyelenggaraan business matching untuk mempertemukan para pelaku industri dengan para pengguna produk dalam negeri, seperti dari instansi pemerintah dan BUMN. "Industri furnitur menjadi salah satu sektor andalan untuk mendukung kantor-kantor pemerintah dan sekolah," jelasnya.
Untuk strategi kedua, lanjut Putu, merupakan bentuk keniscayaan dikarenakan pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi.
"Di sisi lain, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah, yang mana pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil," ungkapnya
Sejalan dengan tema JIFFINA 2023, yakni The Power of Eco-lifestyle for Global Market, semakin tingginya environmental awareness dari konsumen furnitur diharapkan dapat mendorong para pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksinya, sehingga bisa lebih efisien, ramah lingkungan, namun tetap dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan untuk masyarakat.
BACA JUGA:
"Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien, maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa," imbuh Putu.
Sekadar informasi, pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan mencapai 3,5 miliar dolar AS. Pemerintah pun menargetkan ekspor dari industri furnitur tumbuh menembus 5 miliar dolar AS pada 2024 mendatang
Di samping itu, industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan. Berdasarkan data, hingga Desember 2022, utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16 persen.