Kemenperin Targetkan Ekspor Furnitur Capai 5 Miliar Dolar AS pada 2024 Mendatang
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus mendukung industri furnitur dalam negeri untuk terus meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Kemenperin juga mendukung Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) yang menargetkan eskpor industri furnitur mencapai 5 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Pada 2020, ekspor industri furnitur tercatat sebesar 1,9 miliar dolar AS dan tahun 2021 meningkat 33 persen atau mencapai nilai 2,5 miliar dolar AS. Pada periode Januari-September 2022, angka ekspor mampu mencapai 1,9 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari periode yang sama pada 2021, yakni senilai 1,8 miliar dolar AS.

"Para pelaku industri yang terhimpun dalam HIMKI menargetkan ekspor mencapai 5 miliar dolar AS. Untuk memenuhi target tersebut, pemerintah terus memberikan dukungan serius terhadap industri furnitur," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, di Jakarta, dikutip Sabtu, 12 November.

Pada triwulan III 2022, kontribusi sektor industri agro terhadap industri pengolahan non migas mencapai 50,5 persen, termasuk di dalamnya industri furnitur dengan kontribusi sebesar 1,3 persen, serta industri kayu, barang dari kayu, dan rotan sebesar 2,4 persen.

Kendati demikian, industri furnitur tak luput dari beragam isu dan tantangan, salah satunya pandemi COVID-19 yang berimbas pada pengiriman ekspor furnitur. Selain itu, adanya peningkatan inflasi di negara tujuan ekspor yang mengakibatkan pembatalan dan penundaan order, terutama dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Padahal, Amerika Serikat merupakan negara utama tujuan ekspor produk funitur dengan kontribusi ekspor lebih dari 50 persen. Sedangkan, ekspor tujuan negara-negara Eropa secara total berkontribusi sekurang-kurangnya 19 persen dari total ekspor produk furnitur.

"Pemerintah tidak tinggal diam menghadapi tantangan-tantangan bagi industri furnitur tersebut. Terobosan yang dilakukan Kemenperin adalah melalui upaya peningkatan market intelligence dan promosi produk ke pasar-pasar non-tradisional, misalnya India dan Timur Tengah," ujar Putu.

Guna meningkatkan kinerja industri furnitur nasional, Kemenperin juga turut mendorong peningkatan penyerapan di pasar domestik, yakni melalui intensifikasi upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Pada 2022, Kemenperin menyiapkan program sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) gratis untuk 1.250 produk. Selanjutnya, pada 2023 mendatang, Kemenperin juga akan memperjuangkan penambahan anggaran agar jumlah sertifikat TKDN gratis bertambah menjadi 10 ribu produk.

"Langkah tersebut diharapkan menjadi momentum bagi industri furnitur untuk meningkatkan kinerja dan penyerapan produknya di dalam negeri," jelas Putu.

Putu mengatakan, dalam upaya meningkatkan kinerja industri furnitur, Kemenperin juga terus berbenah pada perbaikan rantai pasok, substitusi impor, serta program-program peningkatan kapasitas.

"Semua upaya, kami intensifkan sebagai wujud keberpihakan pemerintah agar industri dalam negeri dapat berdaulat, maju, dan berdaya saing," ungkapnya.

Sementara itu, dalam rangka menjamin ketersediaan dan stabilitas pasokan bahan baku, Kemenperin juga akan memperjuangkan komoditas kayu dan rotan dapat segera masuk ke dalam Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS NK) yang memuat data terkait suplai atau produksi komoditas tertentu, kebutuhan baku industri, dan konsumsi dalam kurun waktu tertentu yang berlaku secara nasional.

"Sistem ini memungkinkan pengawasan ketat dan komprehensif terhadap supply chain bahan baku industri, termasuk kebutuhan impor," tutur Putu.

Pada kesempatan sama, Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur menyampaikan, dengan adanya dukungan optimal dari pemerintah, para pelaku industri optimis industri furnitur nasional mampu memiliki kinerja yang baik untuk ke depannya sehingga bisa menangkap berbagai peluang pasar.

"Kami juga bisa melihat peluang pasar global yang semakin terbuka dan terus bertumbuh didorong oleh maraknya pembangunan hotel, serta area komersial dan perkantoran baru. Peluang juga berasal dari perkembangan smart city, termasuk pembangunan real estate yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional," imbuhnya.