JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan mendukung rencana impor kereta rel listrik atau KRL bekas yang direncanakan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Menurut Luhut, rencana tersebut harus segera dilakukan.
"Kami memang harus lakukan dalam waktu dekat (impor KRL bekas dari Jepang), 10 gerbong itu," kata Luhut saat ditemui awak media di kantornya, Jakarta, Jumat, 3 Maret.
Luhut menyebut, perihal rencana impor tersebut akan dibahas lagi pada Senin, 6 Maret mendatang. Dia mengimbau agar tidak ada lagi kesalahan dalam perencanaan, sehingga harus mengimpor kereta bekas.
"Dulu pernah impor barang bekas, masa sekarang impor barang bekas? Jadi, kami bilang, kenapa enggak dibuat perencanaan supaya tidak impor. Memang mungkin sedikit lebih mahal, tetapi itu, kan, uangnya berputar di dalam negeri," ujar dia.
Oleh karena masalah waktu tidak memungkinkan, kata Luhut, pemerintah akan meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit.
"Jadi, barang itu nggak dilihat melalui tangan ketiga, supaya kemudian harganya benar. Jangan sampai ada penyimpangan-penyimpangan harga," imbuhnya.
Sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah memesan 16 rangkaian kereta (trainset) baru senilai Rp4 triliun kepada PT INKA untuk menambah armada dan meningkatkan kapasitas angkut. Meski begitu, BUMN transportasi ini tetap membutuhkan pembelian kereta bekas.
Kesepakatan awal (MoU) KAI dengan INKA sudah diteken pada 2022 lalu. Kereta baru tersebut baru bisa dioperasikan pada 2025-2026 mendatang.
Selain membeli kereta baru, kereta Commuter juga berencana membeli kereta bekas mulai tahun ini untuk mengganti beberapa gerbong yang akan dipensiunkan pada tahun ini.
"Adapun jumlah kereta yang akan dikonservasi sebanyak 10 (rangkaian) pada 2023 dan 19 (rangkaian) pada 2024," kata Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba dalam keterangan resmi, Jumat, 3 Maret.
BACA JUGA:
Anne mengaku sudah melakukan Forum Group Discussion (FGD) terlebih dulu dengan melibatkan para stakeholders baik dari kementerian, pengamat, hingga komunitas pengguna commuterline dalam rencana pembelian kereta baru dan bekas ini.
"Hasilnya, impor kereta memang bukan menjadi pilihan utama untuk menggantikan kereta-kereta yang dikonservasi, terdapat pilihan lain dengan melakukan upgrade teknologi pada kereta yang akan dikonservasi, hanya saja pilihan tersebut membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk pengerjaannya," ujarnya.
Menurut Anne, kereta bekas tersebut tidak akan langsung digunakan untuk operasional KRL. Pihaknya terlebih dahulu melakukan upgrade pada gerbong-gerbong kereta yang diimpor itu.
"Misalnya, mengganti air conditioner (AC) di dalam kereta, bangku-bangku di setiap kereta dengan barang-barang yang memiliki tingkat TKDN (Tingkat Komponen Dalam) yang tinggi," ungkapnya.