Stok Beras Medium Minim, Pengusaha Ritel Modern Minta Dipasok Bulog
Ilustrasi Beras (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Modern (Aprindo) meminta agar Perum Bulog memperlancar pendistribusian beras medium di toko retail modern. Pasalnya, stok beras tersebut saat ini minim.

Sebelumnya, Aprindo juga telah meneken perjanjian pemasokan beras medium Bulog untuk program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Perjanjian tersebut berlaku hingga akhir 31 Desember 2023.

“Kita berharap (beras) dilancarkan, kita sudah MoU dengan Bulog. Setiap minggu kita evaluasi,” ujarnya Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey saat ditemui disela Pertemuan Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis, 23 Februari.

Lebih lanjut, Roy menjelaskan, Perum Bulog melalui kantor-kantor wilayah juga sudah berkolaborasi dengan anggota Aprindo se-Indonesia. Toko retail akan menerima beras Bulog dalam bentuk kemasan 5 kilogram (kg).

Beras Bulog tersebut dijual sebesar Rp47.250 untuk ukuran 5kg. Adapun untuk harganya per kg, sebesar Rp9.450 sesuai dengan aturan harga eceran tertinggi (HET) Beras.

“Kita sudah kolaborasi dengan anggota-anggota Aprindo se-Indonesia. Kita terima per 5kg, tidak ada terima dalam bentuk karung, kita tidak ada kemas-kemas kan,” katanya.

Meski demikian, Roy mengaku memaklumi bahwa proses pendistribusian beras Bulog ke retail modern memang membutuhkan waktu. Terutama karena adanya keterbatasan mesin pengemasan maupun tenaga kerja sehingga dibutuhkan waktu lebih.

“Kita sudah ada kordinasi dengan Kelapa Bapanas (Badan Pangan Nasional) di mana Aprindo punya anggota yang kosong biar diutamakan untuk dipasok. Jadi mereka (Bulog) lagi bekerja terus, maksimal. Ini tidak mudah, tapi mestinya bisa terurai, masih bisa dapat terurai,” ujarnya.

Roy mengakui bahwa beras Bulog yang masuk ke retail modern kebanyakan baru menjamah kota-kota besar, terutama wilayah Jabodetabek. Sementara untuk wilayah Timur belum. Hal ini karena faktor jarak dan logistik.

“Kan lewat kapal. Bersamaan dengan pengiriman itu, bersamaan beras makin habis. Makanya fluktuasi dan harga beras (non Bulog) itu tembus HET karena tidak ada barang. Belum panen raya,” tuturnya.