Bagikan:

KUPANG - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan kenaikan inflasi di Kota Kupang dipicu oleh adanya kenaikan harga ayam buras, ikan kembung dan sayur-sayuran.

"Kenaikan inflasi di Kota Kupang lebih disebabkan adanya kenaikan harga sejumlah komoditas makanan sehingga inflasi menjadi lebih tinggi," kata Pelaksana tugas Kepala BI Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, S. Donny H Heatubun dikutip Antara, Minggu 20 November.

Ia menjelaskan pada Oktober 2022 untuk Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,37 persen melandai dibandingkan bulan sebelumnya.

Meskipun demikian kata dia inflasi Kota Kupang lebih tinggi dibandingkan inflasi NTT maupun nasional terutama didorong oleh kenaikan beberapa komoditas makanan seperti ayam ras, ikan kembung dan sayur sawi putih.

Menurut dia untuk Bensin juga masih menyumbang inflasi di bulan Oktober seiring dengan base effect akibat kenaikan harga bensin yang berlaku sejak 3 September 2022.

Ia menjelaskan untuk harga sabun mandi dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya juga turut mengalami inflasi seiring dengan kenaikan biaya distribusi.

Ia menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk pengendalian inflasi yaitu pemantauan harga dan operasi pasar, mengoptimalkan kelancaran distribusi, mereduksi biaya transportasi barang atau jasa dengan subsidi ongkos angkut.

Dia menambahkan selain itu perlu memastikan ketersediaan bahan pangan, memberikan bantuan sosial bagi masyarakat rentan serta memperkuat koordinasi TPID dengan TPIP.

Sementara itu Kepala Biro Ekonomi dan Kerja Sama Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Lery Rupidara, menjelaskan extra effort pengendalian inflasi datang dari kearifan lokal pemerintah daerah yang tahu seperti apa masyarakatnya.

Dengan demikian, menurut dia, bisa dilakukan langkah-langkah yang sesuai keadaan nyata masyarakat.

Selain urban farming, perlu ada gerakan moral untuk melakukan penghematan, baik penggunaan bahan bakar minyak seperti gerakan jalan kaki dan menggunakan angkutan umum, serta gerakan sosial food lost and waste dengan mengurangi acara-acara yang mengakibatkan akumulasi kebutuhan komoditas serta mempengaruhi stok.

Pengendalian inflasi juga menurutnya terkait dengan 4K, yakni ketersediaan stok, kelancaran distribusi, keterjangakauan harga serta komunikasi yang efektif yang tidak membuat warga jadi panik.