JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyatakan bahwa sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menunjukan pertumbuhan bisnis yang optimistis di tengah tantangan global saat ini. Kondisi tersebut terpotret dalam Indeks Bisnis UMKM Kuartal III 2022 yang dirilis perseroan.
Disebutkan bahwa laju positif UMKM pada kuartal III 2022 tergambar dari skor indeks bisnis yang sebesar 103,2 atau dalam fase optimis (di atas level 100).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, walaupun menurun dari kuartal II 2022 yang sebesar 109,4 namun capaian ini patut diapresiasi mengingat sektor bisnis kerakyatan itu harus bertahan dari gejolak inflasi yang meningkat.
“UMKM memiliki multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karenanya, BRI akan terus fokus menumbuhkembangkan UMKM di tengah kenaikan inflasi saat ini melalui pemberdayaan dan pembiayaan yang komprehensif,” ujar dia dalam pernyataan resmi pada Minggu, 20 November.
Menurut Sunarso, penurunan indeks juga dipicu oleh volume penjualan pasca Idul Fitri dan kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022. Dia pun menerangkan survey ini mengungkap bahwa sebagian pelaku UMKM menurunkan pembelian bahan baku akibat kenaikan harga sehingga volume produksi mengalami penurunan.
“Curah hujan yang relatif tinggi menyebabkan adanya gagal panen tanaman hortikultura, nelayan terkendala melaut, dan membuat aktivitas harian pertambangan dan konstruksi mengalami hambatan. Hampir seluruh komponen penyusun Indeks Bisnis UMKM kuartal III 2022 mengalami penurunan. Hal terbesar terjadi pada komponen volume produksi/penjualan dikarenakan berlalunya periode lebaran membuat permintaan kembali ke level normal,” tutur dia.
Sunarso menambahkan, rata-rata harga jual mengalami kenaikan meski tidak setinggi kuartal sebelumnya, mengingat sebagian pelaku UMKM tidak menaikkan harga jual agar volume penjualannya tidak semakin tergerus. Dengan volume penjualan yang terbatas dan kenaikan harga jual yang lebih kecil, membuat omset penjualan ikut menurun.
BACA JUGA:
Selanjutnya, dengan harga bahan baku yang meningkat dan penjualan yang melemah, membuat pertumbuhan pemesanan dan persediaan barang input serta persediaan barang menjadi melambat. Di tengah tantangan tersebut, komponen investasi usaha tetap meningkat sejalan dengan optimisme perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan tetap baik kedepan.
“Dilihat secara sektoral, bisnis UMKM masih mampu tumbuh terbatas, kecuali sektor pertanian. Penurunan bisnis UMKM sektor pertanian disebabkan oleh harga barang input yang relatif tinggi dan sulit didapat, adanya serangan penyakit pada ternak dan hama tanaman, faktor cuaca yang kurang kondusif, dan harga beberapa komoditas perkebunan yang menurun seperti karet dan kelapa sawit,” katanya.
“Sementara itu, sektor hotel dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan karena tingkat penjualan kembali ke level normal setelah berlalunya periode lebaran serta daya beli masyarakat yang menurun,” sambung dia.
Sebagai informasi, UMKM menyediakan lapangan kerja yang tinggi di Indonesia dengan estimasi 119,6 juta tenaga kerja atau 96 persen dari total angkatan kerja yang ada.
Melalui strategi memberdayakan dan mendorong UMKM agar terus naik kelas, BRI menilai langkah tersebut akan membuka lapangan pekerjaan dan mendorong kesejahteraan masyarakat, serta perekonomian Indonesia.