JAKARTA - Pada kuartal I 2023, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berhasil mencetak laba sebesar Rp15,56 triliun atau tumbuh 27,37 persen year on year (yoy).
Dari sisi asset, BRI Group mencatatkan pertumbuhan asset sebesar 10,46 persen yoy menjadi Rp1.822,97 triliun.
"Pencapaian tersebut tak lepas dari komitmen BRI yang mampu menciptakan value secara konsisten dengan fokus tumbuh pada segmen UMKM, dengan pengelolaan risiko yang baik," ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers secara daring, Kamis 27 APril.
Di samping itu, lanjut SUnarso, BRI juga terus melanjutkan transformasi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta meningkatkan pelayanan kepada para nasabah.
Kemudian dari sisi penyaluran kredit, seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif, dengan kontribusi terbesar masih berasal dari segmen mikro yang tumbuh 11,18 persen sehingga total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi sebesar Rp1.180,12 triliun.
"Khusus untuk segmen UMKM porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun," imbuh SUnarso.
Sementara itu kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit diimbangi dengan pengelolaan manajemen risiko yang prudent. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL pada akhir kuartal I 2023 sebesar 2,86 persen atau membaik apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,09 persen.
"Hal tersebut membuat credit cost BRI membaik, dari semula 2,78 persen pada kuartal I 2022 menjadi 2,39 persen di akhir kuartal I 2023," lanjut SUnarso.
Meskipun kualitas kredit membaik, kata dia, BRI tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 282,49 persen.
BACA JUGA:
Menurutnya, hal ini merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, dan perlambatan ekonomi dunia.
Lebih jauh ia menambahkan, terkait dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp1.255,45 triliun atau tumbuh double digit sebesar 11,45 persen yoy dengan penopang utama pertumbuhan dana murah atau CASA yang tumbuh 13,01 persen yoy menjadi Rp810,09 triliun.
"Fokus BRI mengakselerasi kemampuan dalam menghimpun dana murah tersebut membuat rasio CASA meningkat menjadi 64,53 persen, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 63,63 persen," beber Sunarso.