Beda Dulu dan Sekarang Soal Krisis Energi, Eks Wamen ESDM: Kini Lebih Kompleks!
Ilustrasi (Foto: Freepik)

Bagikan:

JAKARTA – Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar mengatakan bahwa krisis energi yang melanda dunia hari ini disebutnya bersifat multidimensi dan tidak pernah terjadi maupun terpikirkan sebelumnya.

Menurut dia, pada saat krisis energi dekade 1970-an hanya terdapat satu dimensi yang menjadi penghalang, yaitu terganggu suplai minyak dari Timur Tengah ke Amerika Serikat (AS).

“Solusi yang dijalankan oleh pemerintah AS waktu itu lebih sederhana, mengurangi ketergantungan impor minyak dengan cara melakukan eksplorasi dan produksi minyak di dalam negeri sendiri,” ujarnya dalam pernyataan tertulis, Kamis, 10 November.

Arcandra menerangkan, strategi ini berjalan baik dengan naiknya produksi minyak di AS. Bahkan, sambung dia, saat ini volume produksi lebih besar dari Arab Saudi.

“Kalau kita telaah lebih dalam, krisis energi sekarang tidak saja menyangkut masalah minyak tapi juga menjalar ke masalah gas alam, batubara, kelistrikan dan pangan,” tuturnya

Kondisi tersebut semakin pelik dengan isu perubahan iklim yang juga erat kaitannya dengan krisis energi.

“Kerumitan inilah yang sedang melanda dunia setelah optimisme akan terkendalinya wabah COVID-19 menampakan titik terang,” imbuhnya.

Arcandra menambahkan, dinamika terbaru menunjukan bahwa krisis energi telah menjalar ke banyak negara di Eropa (EU). Kata dia, salah satu faktor utama dari krisis Eropa adalah suplai gas yang tidak mencukupi kebutuhan selama musim dingin akibat perang Rusia dan Ukraina.

Eks menteri Jokowi itu pun menangkap sinyal jika embargo terhadap komoditas energi dari Rusia yang dilakukan oleh negara-negara Barat malahan berbalik arah menjadi sebuah krisis energi yang meluas.

“Beberapa negara melakukan langkah aksi dengan menghidupkan kembali PLTU dan memperpanjang masa pengoperasian PLTN yang semula dijadwalkan untuk pensiun. Ini berarti kebutuhan Eropa terhadap batubara akan naik. Sayangnya kebutuhan batubara yang selama ini di suplai oleh Rusia juga terhenti akibat embargo oleh EU sendiri,” tutup dia.