Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa laju inflasi inti mengalami peningkatan pada Oktober lalu menjadi 3,31 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 3,21 persen di September.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memastikan inflasi inti pada Oktober tetap terkendali dengan pertumbuhan sekitar 0,16 persen secara bulanan (month to month/mtm).

“Meski ada peningkatan namun Bank Indonesia belum melihat kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan,” ujar dia dikutip Rabu, 2 November.

Walau begitu, Erwin menyatakan bank sentral bakal bakal terus melakukan monitor seiring dengan penurunan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.

“Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023,” tuturnya.

Untuk diketahui, inflasi inti merupakan salah satu patokan utama yang digunakan Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan suku bunga acuan. Inflasi inti dipilih lantaran mencerminkan kuatnya permintaan masyarakat secara riil dibandingkan dengan inflasi umum atau berdasarkan indeks harga konsumen (IHK).

VOI mencatat, pada Agustus lalu inflasi inti telah melewati level psikologis baru dengan bertengger di angka 3,01 pesen. Hal ini lantas membuat BI menaikan suku bunga 25 basis points (bps) menjadi 3,75 persen.

Sikap yang sama berlanjut pada September. Kala itu, inflasi inti melesat ke level 3,21 persen yang membuat bank sentral makin agresif menaikan BI rate 50 bps menjadi 4,25 persen.

Sehingga, dengan catatan inflasi inti yang kembali melaju jadi 3,31 persen di Oktober menjadikan ruang otoritas moneter untuk mengerek rate interest semakin terbuka pada tengah bulan ini.