Bagikan:

JAKARTA – Tren peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diyakini akan terus berlanjut hingga penutupan tahun. Proyeksi ini semakin kuat tatkala Badan Pusat Statistik (BPS) merilis informasi bahwa telah terjadi kenaikan inflasi inti di bulan lalu.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan bahwa inflasi inti pada Oktober 2022 adalah sebesar 3,31 persen year on year (yoy).

“Level tersebut lebih tinggi dari pada posisi September 2022 yang sebesar 3,21 persen year on year,’ ujarnya saat memberikan pemaparan kepada awak media pada Selasa, 1 November.

Menurut Setianto, inflasi inti memberikan andil sebesar 2,18 persen terhadap inflasi umum atau berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) yang tercatat sebesar 5,71 persen.

“Inflasi inti dikontribusikan oleh sewa rumah, mobil, dan kontrak rumah,” tuturnya.

Hasil penjabaran Setianto sudah barang tentu menjadi pertimbangan kuat bank sentral dalam merumuskan kebijakan pengendalian inflasi. Seperti yang diketahui, salah satu cara BI untuk ‘menjinakan’ inflasi adalah melalui penyesuaian suku bunga acuan.

Asal tahu saja, Bank Indonesia pada September 2022 memutuskan untuk menaikan BI rate sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75 persen.

“Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting),” demikian yang diutarakan Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.

Langkah otoritas moneter ini tergolong agresif. Pasalnya pelaku pasar sebelumnya memperkirakan ‘Geng Thamrin’ hanya bakal mengerek BI rate sebesar 25 bps.

Namun belakangan diketahui bahwa siasat itu ditempuh lantaran Bank Indonesia menajamkan target penurunan inflasi dari sebelumnya mulai kuartal III 2023 menjadi semester pertama 2023.

“Bank Indonesia menggunakan patokan inflasi inti sebagai dasar penyesuaian suku bunga karena mencerminkan kuatnya permintaan di masyarakat,” kata Perry.

Jadi, apakah bank sentral akan meneruskan sikap agresif dengan kembali merubah rate interest pada bulan ini sejalan dengan inflasi inti yang membengkak? Jawabannya ada pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang bakal digelar dua pekan mendatang.