JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menyatakan Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang menaikkan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di era meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global dan apresiasi dollar Amerika Serikat (AS).
“Mempertimbangkan tingkat inflasi saat ini yang telah berada di atas kisaran target bank sentral selama lima bulan, BI perlu meningkatkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen bulan ini untuk menjaga stabilitas rupiah,” ujar Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky sebagaimana keterangan LPEM FEB UI dikutip Antara, Rabu 16 November.
Dia mengatakan peningkatan suku bunga acuan BI akan membantu membatasi jumlah arus modal keluar, mencegah depresiasi rupiah lebih lanjut, dan membatasi tekanan inflasi dari barang-barang impor.
Selain itu, untuk menjaga spread yang menarik dengan suku bunga acuan The Fed, yang mana pada awal November dinaikkan lagi sebesar 75 bps, membuat targetnya saat ini berada di kisaran 3,75 persen hingga 4,00 persen.
Dia menjelaskan ruang menaikkan suku bunga acuan BI masih tersedia karena ekonomi nasional yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan, yakni sebesar 5,72 persen year on year (yoy) pada triwulan-III 2022, naik dari sebelumnya sebesar 5,44 persen yoy pada triwulan-II 2022.
“Ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dari perkiraan pada triwulan ketiga, yang memungkinkan Bank Indonesia memiliki fleksibilitas untuk melanjutkan kebijakan pengetatan lebih jauh,” kata Riefky.
BACA JUGA:
Dia menjelaskan pertumbuhan pada triwulan-III 2022 terjadi berkat konsumsi rumah tangga dan ekspor yang tumbuh solid masing-masing sebesar 5,39 persen yoy dan 21,64 persen yoy, karena Indonesia masih menikmati tingginya harga komoditas global.
“(Selain itu) Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga kelas menengah ke atas, yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terus berlanjut dan menguat meskipun menghadapi tantangan global,” kata Riefky.
Sebagai informasi, BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16 dan 17 November ini untuk menentukan kebijakan moneter yang paling tepat di tengah situasi perekonomian nasional dan global saat ini.