Beberapa Sentimen yang Bakal Mempengaruhi IHSG Hari Ini
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini Jumat 16 Desember, akan dipengaruhi oleh keputusan The Fed terkait kenaikan suku bunga.

IHSG bergerak pada rentang 6.740 - 6.801 sepanjang perdagangan kemarin, Kamis 15 Desember. Tercatat, 215 saham menguat, 308 saham melemah dan 183 saham bergerak ditempat. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp9.280,36 triliun.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menerangkan terhitung sejak Maret 2022 The Fed rutin menaikan suku bunga, hingga pada Desember tahun 2022 suku bunga The Fed kembali naik 50 bps menjadi pada kisaran 4,25-4,5 persen, sekaligus menjadi suku bunga tertinggi sejak 2007 saat krisis subprime mortgage.

Di pasar ekuitas, investor asing tercatat net sell Rp6,31 triliun secara mingguan dan dalam satu bulan terakhir mencatatkan net sell sebesar Rp11,13 triliun.

Kenaikan suku bunga The Fed yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah turut berdampak pada imported inflation, sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor akan tertekan terhadap selisih kurs.

"Emiten yang menerbitkan global bond juga akan memiliki forex losses yang semakin besar dan akan menyebabkan profitabilitas menurun," ujar Ratih dalam risetnya.

Keputusan The Fed menaikkan suku bunga membuat beberapa bank sentral melakukan kebijakan yang sama termasuk Indonesia.

Bank Indonesia telah mengikuti langkah The Fed, tercermin untuk keempat kalinya secara berturut turut hingga di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,25 persen, atau naik 50 bps dari RDG bulan lalu. Jika dihitung, spread suku bunga BI dan The Fed saat ini hanya sebesar 75 bps.

"Oleh karena itu, Bank Indonesia diprediksi akan tetap mengikuti langkah The Fed untuk menaikan suku bunga di pekan depan demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah capital outflow di pasar keuangan seperti saham dan obligasi, ditengah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang lebih menarik," terangnya.

The Fed berpotensi melanjutkan kenaikan suku bunga hingga tahun 2023 dengan kemungkinan total kenaikan 75 bps pada periode tersebut.

Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi tahunan AS masih tinggi sebesar 7,1 persen di bulan November 2022, walaupun telah melandai dari bulan sebelumnya yang tercatat 7,7 persen, tetapi masih jauh di atas target The Fed sebesar 2 persen.

Oleh karena itu, Dia mengharapkan investor lebih cermat dalam memilih saham. Carilah saham berfundamental baik, memiliki prospek bisnis yang berkelanjutan dan defensif di sektor perbankan, metal mining dan consumer goods.

"Hal ini terutama di tengah risiko pelemahan ekonomi akibat kebijakan hawkish tersebut," pungkasnya.