JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memberikan respon atas terjadinya kenaikan inflasi inti pada April 2022 menjadi 0,36 persen secara month to month (mtm) yang lebih tinggi dari Maret 2022 yang sebesar 0,30 persen (mtm).
“Berdasarkan komoditasnya, inflasi inti April 2022 terutama disumbang oleh komoditas kue kering berminyak dan mobil seiring dengan peningkatan harga minyak goreng dan naiknya mobilitas masyarakat,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 10 Mei.
Menurut Erwin, secara tahunan inflasi inti April 2022 mencapai 2,60 persen (year on year/yoy), atau meningkat dibandingkan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37 persen yoy.
“Inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat, didukung stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi,” tuturnya.
Adapun inflasi secara umum atau berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), pada April 2022 level inflasi diketahui sebesar 3,47 persen yoy. Torehan ini lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya dengan 2,64 persen yoy.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, Bank Indonesia menggunakan instrumen inflasi, utamanya inflasi inti, sebagai pedoman untuk menetapkan suku bunga acuan. Saat ini, bunga acuan BI masih dipatok di level terendah sepanjang sejarah dengan 3,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu sempat menyinggung soal kemungkinan bank sentral memperbaharui kebijakan suku bunga apabila sudah ada tanda-tanda kenaikan inflasi inti.
“Kami akan terus memperhatikan perkembangan inflasi khususnya inflasi inti. Kalau inflasi intinya naik maka suku bunganya akan menyesuaikan,” kata Perry pada Jumat, 24 Desember 2021.
Bank Indonesia sendiri rencananya bakal menetapkan kebijakan suku bunga terbaru usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tengah bulan ini. Selain soal BI rate, hasil keputusan RDG biasanya memaparkan pula berbagai strategi moneter yang diambil bank sentral dalam mendukung perekonomian nasional.