Bagikan:

JAKARTA – Pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang menyebut bakal terus melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuan tampaknya semakin nyata. Langkah itu dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di pasaran.

Sinyal terbaru itu datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan bahwa terjadi peningkatan inflasi inti ke level 3,21 persen year on year (yoy) di September dari sebelumnya 3,04 persen pada Agustus lalu.

Seperti yang diketahui, bank sentral menggunakan patokan inflasi inti sebagai salah satu dasar dalam mengambil kebijakan atas BI rate.

“Bank Indonesia menggunakan patokan inflasi inti sebagai dasar penyesuaian suku bunga karena mencerminkan kuatnya permintaan di masyarakat,” ujar Perry beberapa waktu lalu.

Redaksi mencatat, pola ini sudah mulai terlihat pada Juli lalu ketika BI tidak bergeming dengan suku bunga acuan 3,50 persen karena tingkat inflasi inti masih 2,86 persen atau di bawah ekspektasi 2,9 persen.

Sebulan kemudian ketika inflasi inti naik jadi 3,04 persen, bank sentral lantas merespon dengan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,75 persen. Lalu, pada 22 September Bank Indonesia kembali menaikan BI rate 50 bps menjadi 4,25 Persen.

Sehingga, dengan peningkatan inflasi inti saat ini menjadi 3,21 persen membuat ruang Bl untuk melakukan perubahan suku bunga menjadi semakin terbuka.