Bagikan:

JAKARTA – Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) meyakini laju inflasi inti pada tahun ini berpeluang menyentuh 4,6 persen secara year on year (yoy).

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo usai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) tengah pekan ini.

“Kenaikan inflasi inti puncaknya kami perkirakan terjadi pada akhir tahun sebesar 4,6 persen,” ujar Perry kepada wartawan, Kamis, 22 September.

Menurut Perry, level tersebut baru akan melandai memasuki paruh kedua tahun depan.

Meski demikian, bank sentral akan tetap menempuh sejumlah langkah strategis untuk menjaga inflasi tetap terkendali.

“Kita akan upayakan inflasi inti dapat terus menurun dan diperkirakan bisa di bawah 4 persen pada triwulan ketiga tahun 2023,” tuturnya.

Untuk diketahui, Bank Indonesia cukup concern terhadap pergerakan inflasi lantaran mempunyai pengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

Adapun patokan utama BI berdasarkan nilai inflasi inti karena menggambarkan aspek permintaan dan penawaran ketimbang inflasi indeks harga konsumen (IHK).

Sebagai gambaran, pada Juni 2022 inflasi IHK berada di kisaran 4,35 persen yoy dan inflasi inti 2,63 persen.

Kala itu, BI belum memutuskan untuk mengubah suku bunga acuan 3,50 persen karena dianggap inflasi inti masih dalam kondisi rendah.

Pun demikian pada Juli 2022 saat inflasi IHK mencapai puncak tertinggi 4,94 persen, bank sentral tetap tidak bergeming atas kebijakan suku bunga karena inflasi inti masih 2,86 persen atau dibawah ekspektasi 2,99 persen.

Situasi unik justru terjadi pada Agustus lalu saat inflasi IHK melandai jadi 4,69 persen, inflasi inti malah melonjak jadi 3,04 persen atau lebih tinggi dari ekspektasi.

Dalam kondisi tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,75 persen.

Kemarin, bank sentral baru saja mengerek BI rate sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen.

Artinya, gejolak inflasi inti bulan ini jauh lebih besar dari bulan lalu karena BI makin agresif dengan menaikan rate hingga 50 bps.

Sehingga, apabila Bank Indonesia meramal inflasi inti bisa menyentuh 4,6 persen di akhir tahun maka suku bunga acuan seharusnya lebih tinggi dari angka tersebut.