Bagikan:

JAKARTA - Sektor properti diprediksi menjadi salah satu sektor yang rentan terhadap resesi global di 2023 mendatang.

Sektor tersebut memang sedang mengalami tantangan besar, terutama karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu kenaikan biaya kontruksi hingga bahan baku material.

"Sektor yang akan terdampak tekanan ekonomi adalah sektor properti tentunya. Properti ini juga terdampak dari kenaikan biaya kontruksi, bahan baku material, sekaligus suku bunga KPR," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi VOI, Senin, 31 Oktober.

Karena itu, Bhima menilai pemerintah perlu mendukung sektor ini agar bisa tetap bertahan melewati badai resesi global yang diperkirakan terjadi di 2023. Apalagi, sektor ini berkaitan dengan ratusan subsektor lainnya.

"Sektor properti ini perlu mendapat dukungan. Karena properti berkaitan dengan 175 subsektor mulai dari keramik, kaca, batu bata," ujarnya.

Bukan hanya perusahaan properti besar yang perlu dibantu pemerintah, kata Bhima, ada banyak UMKM di sektor properti yang juga perlu mendapat dukungan dari pemerintah.

Lebih lanjut, Bhima mengungkapkan, dukungan yang dibutuhkan sektor properti di antaranya adalah penambahan subsidi bunga. Kemudian juga penambahan subsidi uang muka.

"Dan ada bunga khusus untuk kredit kontruksi yang berkaitan dengan perumahan rakyat. Selain itu pemerintah juga bisa mendorong bantalan-bantalan sosial yang lebih besar lagi," jelasnya.