Jokowi Sebut Ada 28 Negara Antre jadi Pasien IMF
Presiden Joko Widodo (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, puluhan negara mengantre untuk menjadi pasien International Monetary Fund (IMF).

Kata Jokowi, ekonomi global memang sedang tidak baik-baik saja.

Namun, IMF memprediksi ekonomi Indonesia masih terang di tengah kesuraman ekonomi dunia.

Kata Jokowi, hal tersebut diketahui dari Managing Director IMF Kristalina Georgieva. Dimana saat ini ada 16 negara yang sudah menjadi pasien IMF, sementara itu ada 28 negara yang tengah mengantre untuk mendapat pendanaan.

"Ini yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina Managing Director-nya IMF. Titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia, kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu. Sehingga trust, kepercayaan global terhadap kita akan semakin baik," ucap Jokowi saat meresmikan pembukaan Trade Expo Indonesia ke-37, di ICE BSD, Tangerang, Rabu, 19 Oktober.

Di tengah kesuraman ekonomi dunia, Jokowi mengatakan, Indonesia patut bersyukur. Sebab, ekonomi Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44 persen.

Jokowi juga percaya diri pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di atas 5 persen pada kuartal III tahun ini.

"Kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen. Dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5, atau di atas 5,4," tuturnya.

Keyakinan Jokowi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dijalur yang tepat berangkat dari beberapa hal.

Pertama, neraca dagang yang tetap surplus, kredit tumbuh 10,7 persen, indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen.

Meski begitu, kata Jokowi, semua harus waspada dan hati-hati. Sebab, menurut dia, badai kali ini sulit dihitung dan diprediksi akan menyebar sampai ke mana, dan bagaimana imbasnya ke Indonesia.

"Semuanya masih pada kondisi yang baik-baik. Tetapi sekali lagi, dalam kondisi yang sangat, sangat, sangat sulit seperti ini kerja keras adalah kuncinya," ucapnya.

Dalam kondisi saat ini, menurut Jokowi, semua pihak harus kerja secara detail. Tidak bisa hanya kerja dari sektor makro, mikro atau keduanya saja.

"Kita enggak bisa lagi, saya ulang-ulang, saya sampaikan, tidak bisa lagi kerja hanya makronya saja, enggak. Kerja mikronya juga masih belum cukup. Kerja sekarang memang harus lebih detail dilihat satu per satu dan dikejar, diselesaikan. Itulah kerja yang dilakukan oleh pemerintah saat ini," tuturnya.