JAKARTA - PT Asuransi Simas Jiwa (ASJ) optimis akan menorehkan pertumbuhan bisnis yang lebih baik pada tahun 2023. Hal ini sejalan dengan tema kerja ASJ “Bigger and Stronger Through Ecosystem”.
Direktur Utama Asuransi Simas Jiwa, I.J. Soegeng Wibowo mengungkapkan bahwa penerapan dari tema kerja tersebut melalui pengembangan kerjasama ke dalam ecosystem partner business baik yang telah terjalin pada pilar usaha Sinarmas maupun non pilar Sinarmas.
"Dengan sistem ekosistem ini Simas Jiwa mempunyai tangan lebih luas kalau berkerja sendiri pasti terbatas, tapi dengan ekosistem yang dimiliki partner bisnis akan menjangkau seluruh lapisan masyarkat. Jadi gimana Simas Jiwa tetap eksis dan bertumbuh diharapkan positif dan juga kita bisa menguasai market yang berlapis-lapis dari bawah hingga tinggi," ujar Soegeng, dalam acara peringatan Ulang Tahun ke-7 Simas Jiwa, di Grand Mansion, Jakarta, Kamis 6 Oktober.
Ia mengatakan, saat ini Simas Jiwa mengangkat tagline "Hadir Dalam Hidup Anda" dengan mengupayakan jangkauan dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat melalui Digital transformation terhadap seluruh operasional, pemasaran & penjualan, Financial statement, investment, service & claim dan lainnya, sehingga dapat di akses real time melalui mobile smartphone.
"Sehingga dengan digital transformation diharapkan akses Simas Jiwa khusunya penjualan dan operasional bisa lebih luas karena bisa dijangkau melalui hp. Maka mutlak dilakukan digital transformation oleh Simas Jiwa," tutur Soegeng.
Selain itu, pihaknya juga akan mengembangkan produk dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) utamana untuk menangkap peluang pasar Peserta Mandiri yang besar, yang didorong oleh semakin meleknya masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan yang matang yang didalamnya terdapat dana pensiun.
Untuk itu, lanjut Soegeng, DPLK Simas Jiwa mengembangkan system layanan Digital, mulai dari registrasi online sampai Laporan Transaksi Rekening Dana Pensiun Peserta yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun.
Menurutnya, DPLK Simas Jiwa juga senantiasa melakukan pengembangan produk DPLK yang diharapkan dapat menjadi pendorong minat masyarakat untuk memiliki dana pensiun sebagai bekal hari tuanya, keunggulan produk DPLK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).
"Salah satu sumber bisnis Simas Jiwa itu kita kembangkan DPLK. Karena setiap orang wajib menyiapkan dana pensiun. Kami punya produk pensiun mandiri itu PPIP, hanya dengan 100 ribu minimal perbulan bisa mendaptkan dana pensiun. Nanti kita akan genjot DPLK kita masuk ke perusahaan besar dan ritel juga. Jadi masyarakat bisa beli lewat platform asuransi kita,” ucapnya.
Soegeng menyebut bila potensi DPLK di Indonesia masih sangat besar. Di perusahaan saja, kini baru ada sebanyak 70 perusahaan dan 6.500 nasabah perorangan yang terdaftar. Di mana, total dana pengelolaan sebesar Rp506 miliar hingga akhir Agustus 2022.
"Ritel itu 6.500 nasabah ini di usia produktif 25-48 tahun, kalau dibandingkan jumlah penduduk indonesia masih minim sekali. Kita sasar generasi milenial itu pasti. Tahun depan kita genjot jadi Rp810 miliar dana kelolaan DPLK," sebut Soegeng.
Sementara itu, terkait dengan pendapatan premi Soegeng mengatakan per Agustus 2022 Simas Jiwa telah mengantongi Rp12,97 triliun dari target tahun ini yang senilai Rp16 triliun. Adapun, untuk tahun 2023 Simas Jiwa mematok pendapatan premi Rp14,7 triliun lebih rendah dari raihan 2022.
BACA JUGA:
Soegeng menjelaskan bila kondisi tersebut disebabkan keputusan Simas Jiwa untuk merubah strategi bisnis. Sebelumnya, kontributor terbesar Simas Jiwa berasal dari produk unit link, ke depan perusahaan akan mengurangi porsi dari produk tersebut.
"Tahun depan turun karena saat ini bisnis terbesar dari simas jiwa itu paydi. Kami ada perubahan strategi produk, dari unit link ke produk tradisional. Karena minat masyarakat banyak kejadian yang buat tidak nyaman jadi kami antisipasi penurunan. Kita akan genjot DPLK dan tradisional," ucap Soegeng.
Terkait dengan ancaman resesi global pada 2023, Soegeng meyakini bila industri asuransi akan tetap bertahan. Hal ini berkaca kepada krisis ekonomi yang telah terjadi sebelumnya.
"Kalau bisnis asuransi sudah teruji karena resesi ini hanya siklus saja. Bisnis asuransi ini tahan resisi ini tinggal produk apa dan kepada siapa kita jual. Jadi mau resesi pun orang tetap butuh asuransi. Jadi mestinya kita tetap bisa survive," pungkas Soegeng.