Tak Ada Hari Besar Keagamaan, Indef Perkirakan Ekonomi Triwulan III Tumbuh Melambat
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tumbuh melambat. Bahkan, diprediksi tidak akan lebih dari 5,44 persen.

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengatakan, pertumbuhan ekonomi hanya akan mentok di level 5 persen.

Penyebabnya adalah tidak ada faktor musiman hari besar keagamaan yang menopang pertumbuhan ekonomi seperti di triwulan II/2022.

Di sisi lain, kata Tauhid, konsumsi pemerintah yang seharusnya bisa mendukung kinerja perekonomian di tengah perang antara Rusia dan Ukraina justru mengalami tren penurunan. Karena itu, kata dia, laju pertumbuhan ekonomi akan melambat.

“Indef memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2022 akan mengalami penurunan, yaitu sebesar 5 persen yoy,” katanya dalam diskusi virtual, Minggu, 7 Agustus.

Seiring ketiadaan momen musiman hari besar keagamaan yang mendorong konsumsi seperti Idulfitri atau Natal, di triwulan III 2022, kata Tauhid, maka upaya yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengatasi persoalan inflasi yang mulai menggerogoti daya beli masyarakat.

“Inflasi difokuskan pada inflasi harga bergejolak dan inflasi yang diatur pemerintah,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Tauhid, belanja pemerintah juga perlu diakselerasi untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi.

“Belanja yang perlu didorong pada triwulan III adalah belanja barang dan modal sehingga sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi positif,” tuturnya.

Senada, Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto mengatakan,tantangan ke depan jauh lebih berat. Khususnya untuk triwulan III maupun IV.

Karena itu, dirinya mengingatkan agar pemerintah tidak ber-euforia terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III/2022.

"Kita juga mengingatkan jangan terlalu ber-euforia dulu. Karena tantangan ke depan terutama triwulan III dan IV ini cukup besar. Apalagi triwulan III di mana momentum kemewahan musiman entah itu hari raya keagamaan ataupun juga event-event besar relatif tidak ada dan itu berimplikasi juga kepada kinerja perekonomian,” ujarnya.