JAKARTA - Wakil Direktur Indef, Eko Listyo mengatakan, laju ekspor yang mampu tumbuh lebih baik dari triwulan I/2022 turut andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022.
Karena itu, dia mengingatkan pemerintah untuk menjaga windfall dari kinerja ekspor triwulan II, jangan sampai kendor di dua triwulan mendatang.
Seperti diketahui, pada triwulan II ekspor tumbuh 19,74 persen yoy, lebih tinggi dari triwulan I/2022 sebesar 16,69 persen yoy.
"Kita berharap windfall dari ekspor jangan sampai kedor di dua triwulan berikutnya. Walaupun kita kasih catatan bahwa tanda-tanda mulai menipisnya surplus sudah kelihatan," ucapnya dalam diskusi virtual, Minggu, 7 Agustus.
Eko mengatakan. tekanan inflasi yang meningkat di negara-negara mitra dagang utama Indonesia bisa berisiko menggerus surplus di periode dua triwulan mendatang.
"Ketika daya beli negara mitra dagang utama tertekan, maka konsekuensinya permintaan barang dan jasa bisa saja berkurang. Persoalan ini berpotensi lebih rumit, karena implikasinya dapat menjalar ke pundi-pundi cadangan devisa yang berisiko ikut menyusut," jelasnya.
Menurut Eko, permerintah saat ini sedang berupaya mempertahankan suku bunga perekonomian.
Namun, implikasi dari kebijakan itu adalah nilai rupiah tertekan sehingga lebih sering membutuhkan operasi moneter. Hal ini membutuhkan amunisi berupa cadangan devisa.
"Kalau kita tidak bisa merawat surplus ekspor, memang kemungkinan tekanan ke rupiahnya jauh lebih tinggi. Karena salah satu yang jadi penopang utama kerena modal asing sudah banyak yang keluar. Terutama sana-dana portofolio seiring dengan agresivitas dari Fed Fund Rate (FFR)," ujarnya.
"Sementara di sisi lain kita memang punya strategi yang berbeda yaitu mencoba tetap mendorong perekonomian dari sisi suku bunga," lanjutnya.
Berdasarkan data Indef, Indonesia mengalami surplus ekspor. Hal ini ditandai dengan meningkatnya total ekspor dari 102,88 miliar dolar AS pada Januari-Juni 2021 yang lalu menjadi 141,07 miliar dolar pada Januari-Juni 2022 atau terjadi kenaikan 37,11 persen.
Di dalamnya, juga terdapat kenaikan eskpor non migas sebesar 37,33 persen pada periode yang sama.
BACA JUGA:
Terdapat dua komponen terbesar pendorong kenaikan Januari-Juni 2022 tersebut yakni bahan bakar mineral yang sebesar 24,11 miliar dolar AS atau naik sebesar 18,09 persen serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 15,14 miliar dolar AD atau naik sebesar 11,35 persen.