Indef Nilai Ada Perubahan Pola Pembiayaan Masyarakat Jelang Akhir Tahun
Ilustrasi rupiah (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA — Aktivitas belanja konsumsi masyarakat yang terus menerus memakan tabungan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada November 2023 tercatat Rp 8.029,7 triliun atau tumbuh sebesar 3,8 persen secara tahunan. Adapun pertumbuhan DPK tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK perorangan yang tumbuh sebesar 5,1 persen secara tahunan, sementara DPK korporasi tumbuh sebesar 3,1 persen secara tahunan.

Selanjutnya, pada giro perbankan tumbuh 3,4 persen (yoy), atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,8 persen (yoy). Sementara untuk tabungan tumbuh sebesar 2,5 persen (yoy) yang angkanya relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan Oktober 2023. Dan simpanan berjangka tumbuh 5,2 persen (yoy), setelah tumbuh 6,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Riza Annisa Pujarama mengungkapkan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 sebesar 5,3 persen. Namun pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 mengalami penurunan yakni 4,94 persen dibandingkan kuartal II 2023 sebesar 5,17 persen.

"Sehingga rata-rata untuk pertumbuhan ekonomi di ketiga triwulan itu 5,05 persen jadi untuk ketarget 5,3 persen masih ada sekitar 0,25 persen lagi yang harus dicapai," Jelasnya dalam Diskusi Publik 'Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan INDEF terhadap Perekonomian Nasional, Kamis 28 Desember.

Menurut Riza penurunan tersebut dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang melambat, tabungan berkurang, dan banyak masyarakat yang menggunakan uangnya untuk membayar cicilan dibandingkan konsumsi.

"Konsumsi melambat, di sisi lain tabungan juga terus turun dipakai untuk bayar cicilan bukan untuk konsumsi,"katanya.

Riza melihat jelang akhir tahun terdapat perubahan pola pembiayaan masyarakat dari yang biasa digunakan untuk konsumsi justru sekarang ditahan sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurut Riza, konsumsi rumah tangga merupakan sektor yang paling besar dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Dari sisi pengeluaran yang paling berkontribusi banyak terhadap PDB yaitu dari sektor konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini turun dari 5,22 pada kuartal II 2023 ke 5,06 persen pada kuartal III 2023. Menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Kuartal ketiga itu turun," pungkasnya.

Seperti diketahui, Selain itu, BI juga mencatat penyaluran kredit perbankan pada November 2023 tercatat sebesar Rp6.930,1 triliun atau tumbuh 9,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,7 persen (yoy).

Perkembangan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada debitur korporasi sebesar 9,9 persen (yoy) dan debitur perorangan 9,3 persen (yoy).

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2023 sebesar Rp8.573,6 triliun atau tumbuh 3,3 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Adapun, perkembangan M2 pada November 2023 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).

Sementara itu, tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 15,0 persen (yoy), setelah terkontraksi sebesar 11,7 persen (yoy) pada Oktober 2023. Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 0,3 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 6,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.