Archi Indonesia, Perusahaan Tambang Emas Milik Konglomerat Peter Sondakh Labanya Anjlok 56,56 Persen Jadi Rp212 Miliar di Semester I 2022
Foto: Dok. Instagram @loitusarchigold

Bagikan:

JAKARTA - Kinerja perusahaan tambang emas milik konglomerat Peter Sondakh, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) tercatat kurang memuaskan di periode semester I 2022. Perseroan membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih sepanjang enam bulan awal 2022 tersebut.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, dikutip Selasa 2 Agustus, ARCI membukukan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 14,15 juta dolar AS (sekitar Rp212 miliar). Angka ini anjlok 56,56 persen dari laba bersih di semester I 2021 yang capai 32,57 juta dolar AS.

Sehingga, laba per saham dasar ARCI menurun menjadi 0,0006 dolar AS dari sebelumnya 0,0016 dolar AS per saham.

Penurunan laba bersih ARCI sejalan dengan penurunan pendapatannya. ARCI membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai 119,63 juta dolar AS, turun 15,96 persen dari pendapatan di semester pertama 2021 yang mencapai 142,35 juta dolar AS.

Berdasarkan tujuan, penjualan domestik mendominasi pendapatan ARCI, yakni mencapai 73,49 juta dolar AS, disusul penjualan luar negeri senilai 46,13 juta dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan pelanggan, penjualan kepada PT Bhumi Satu Inti menjadi yang terbesar, yakni mencapai 70,68 juta dolar AS atau 59,09 persen dari total pendapatan ARCI.

Disusul, penjualan kepada StoneX APAC Pte Ltd (dahulu INTL Asia Pte Ltd) senilai 23,89 juta dolar AS atau 19,97 persen, YLG Bullion Singapore Pte Ltd senilai 22,23 juta dolar AS atau 18,59 persen, dan penjualan kepada pihak lain (masing-masing di bawah 500.000 dolar AS) sebanyak 2,81 juta dolar AS atau 2,35 persen dari total pendapatan ARCI. 

ARCI membukukan penurunan beban pokok penjualan sebesar 3,14 persen dari semula 81,75 juta dolar AS menjadi 79,18 juta dolar AS. Namun, sejumlah beban turut naik, seperti beban umum dan administrasi yang naik 50 persen menjadi 5,64 juta dolar AS, serta beban operasi lain yang naik 590 persen menjadi 8,15 juta dolar AS dari sebelumnya hanya 1,18 juta dolar AS.