Senang Dua Lembaga Pemeringkat Utang Global Nilai Indonesia Layak Investasi, Bos BI: Menunjukkan Kredibilitas Kebijakan yang Tinggi
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB+ (investment grade/layak investasi) dengan outlook stabil yang dirilis oleh lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) menunjukkan terjaganya stabilitas makroekonomi dan prospek jangka menengah Indonesia.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ini merupakan kabar baik di tengah ketidakpastian ekonomi global dengan risiko stagflasi dan semakin luasnya kebijakan proteksionisme oleh berbagai negara.

“Ini menunjukan kita memiliki kredibilitas kebijakan yang tinggi serta sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan pemerintah,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 5 Juli.

Menurut Perry, pihaknya akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas makroekonomi dan stabilitas keuangan.

“Termasuk juga penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan bila diperlukan, serta terus memperkuat sinergi dengan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.

Sebagai informasi, R&I memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh kuat pada 2022 dan mendukung target pertumbuhan pemerintah pada kisaran 4,8 persen hingga 5,5 persen.

Dijelaskan Perry jika pemerintah sudah mengambil langkah strategis untuk meredam dampak kenaikan harga komoditas global terhadap inflasi melalui peningkatan alokasi subsidi dan belanja sosial (shock absorber).

Lebih lanjut, sektor penerimaan negara yang tumbuh sangat bermanfaat untuk menekan defisit fiskal tahun ini sampai dengan 3,9 persen dari PDB, menurun dibandingkan 4,6 persen di 2021. Sementara untuk rasio utang pemerintah yang tercatat sebesar 40,7 persen dari PDB pada akhir tahun lalu diklaim masih lebih rendah dibandingkan negara peer.

“Pada sisi eksternal, neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus didukung oleh perbaikan terms of trade seiring kenaikan harga komoditas, dan kembali mencatatkan surplus pada triwulan I 2022. Transaksi berjalan diperkirakan akan kembali defisit pada 2022 pada kisaran yang terkendali, sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia,” jelas dia.

Adapun, cadangan devisa pada akhir Mei 2022 tercatat 135,6 miliar dolar AS dan dinilai jauh di atas standar minimum global.

Sebelumnya, VOI mencatat penilaian serupa diberikan oleh lembaga pemeringkat internasional lainnya, yaitu Fitch Ratings, dengan menyebut bahwa prospek pertumbuhan ekonomi RI jangka menengah dianggap baik serta rasio utang pemerintah terhadap PDB yang rendah (investment grade dengan outlook stabil).

“Bank Indonesia akan terus menguatkan bauran kebijakan dengan pemerintah untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan stabilitas keuangan,” kata Gubernur Perry akhir bulan lalu.