JAKARTA - Lembaga pemeringkat S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5 persen.
Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.
"S&P memandang ketahanan sektor eksternal akan tetap terjaga pada jangka menengah," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 31 Juli.
Perry menuturkan kinerja sektor eksternal tersebut didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor sejalan dengan implementasi kebijakan hilirisasi di tengah pelemahan harga komoditas.
S&P juga mengapresiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjaga inflasi yang terjaga sejak 2010.
Lembaga pemeringkat itu memperkirakan inflasi pada 2024-2025 akan berada pada kisaran target 2,5 persen plus satu persen, masing-masing sebesar 2,8 persen dan 3 persen.
Selain itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter.
Pada sektor fiskal, lembaga pemeringkat tersebut memandang Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Secara umum, lembaga pemeringkat itu meyakini pemerintahan baru akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan untuk menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 mampu berada dalam rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen berkat kinerja perekonomian domestik.
“Pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu 17 Juli.
Ia mengatakan konsumsi rumah tangga dan investasi mendorong kinerja produk domestik bruto (PDB) triwulan II-2024. Ekspor barang meningkat didorong oleh kenaikan ekspor produk manufaktur dan pertambangan, terutama logam dan bijih logam serta besi baja, ke negara mitra dagang utama seperti India dan China.
Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh industri pengolahan, konstruksi, serta perdagangan besar dan eceran.