JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa tantangan perekonomian pada April 2022 telah bergeser dari semula karena pandemi COVID-19 menjadi didominasi kenaikan harga-harga, baik karena disrupsi suplai maupun tekanan geopolitik.
“Kenaikan harga yang ekstrem ini menyebabkan pengetatan dari sektor moneter yang menyebabkan suku bunga naik dan likuiditas yang ketat,” ujarnya dalam keterangan resmi hari ini, Rabu, 25 Mei.
Menurut Menkeu, setidaknya terdapat empat tantangan yang harus dihadapi dalam perekonomian Indonesia, yakni inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, dan pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
“Ini adalah risiko yang harus jadi pusat perhatian kita untuk tahun ini dan tahun depan,” tuturnya.
Lebih lanjut, bendahara negara menjelaskan jika APBN akan tetap menjadi instrumen yang utama dan pertama di dalam melindungi ekonomi dan masyarakat. Menkeu menilai konsolidasi APBN menjadi suatu keharusan demi menjaga keuangan negara yang sehat dan berkelanjutan.
BACA JUGA:
“Karena kalau tidak dalam situasi inflasi tinggi, suku bunga tinggi, likuiditas ketat, dan pertumbuhan ekonomi lemah, APBN tidak boleh lemah atau harus segera sehat,” tegas dia.
Menkeu menambahkan, ada tiga fokus pemerintah pada tahun ini. Pertama, menjaga pemulihan ekonomi sehingga tetap terjaga momentumnya. Kedua, menjaga daya beli masyarakat. Serta yang ketiga, menjaga kesehatan dan keberlanjutan APBN.
“Untuk itu, kita akan terus bekerja sama dengan seluruh kementerian/lembaga dan juga dengan DPR agar APBN bisa terus terjaga dengan baik untuk bisa mendukung pemulihan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat, dan menjaga kesehatan APBN itu sendiri,” tutup Menkeu Sri Mulyani.