4 Kali Alami Kebocoran Gas, Komisi VII Sarankan PLTP Sorik Marapi Ditutup
Lustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman mengkritisi kinerja manajemen PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) terkait kebocoran gas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah terjadi empat kali.

"Kalau bahasa di kampung saya, hanya keledai yang masuk ke lubang yang sama dua kali. Kalau 3 sampai 4 kali binatang apa itu?," ujar Maman dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Direksi PT Sorik Marapi, Senin 23 Mei.

Maman menilai, kejadian kebocoran gas yang berulang ini berimplikasi pada rusaknya iklim investasi di sektor panas bumi.

Ia juga mengkritisi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM yang dinilai tidak mampu melakukan tugas pengawasan dengan baik sehingga kejadian kebocoran gas kembali terulang.

"Kejadian pertama kedua masih di-surface, kemudian kebocoran pipa dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen Sorik Marapi lemah sekali," kata Maman.

Untuk itu, Maman menyarankan untuk menutup kegiatan pengeboran pipa di SMGP hingga terjadi perbaikan manajemen PT SMGP.

Tak hanya itu, ia mengatakan akan membuat panitia kerja (panja) untuk menginvestigasi insiden tersebut.

Maman menduga ada kesalahan operasional dan manajemen dalam melakukan kegiatan pengeboran.

"Jangan sampai karena manajemen bapak yang sembrono, tekan cost ditekan semua, kita mengerti untuk mengejar keekonomian sampai aspek health (kesehatan), safety (keamanan) dan environment (lingkungan) diabaikan," cecar Maman.

Sebagaimana diketahui, insiden kebocoran pipa gas di PLTP Sorik Marapi bukan kali pertama terjadi.

Pada 25 Januari 2021, pembangunan power plant Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) memakan korban. Sebanyak lima orang warga meninggal dunia diduga akibat menghirup gas hirogen sulfida (H2S).

Selang empat bulan kemudian yakni 14 Mei 2021 terjadi kebakaran di wilayah kerja perusahaan. Lokasi kebakaran hanya berjarak 300 meter dari pemukiman.

Peristiwa ini kemudian berulang pada 6 Maret 2022. Sebanyak 58 warga Desa Sibangor Jalu mengeluhkan gangguan kesehatan akibat insiden paparan gas H2S di lokasi sumur AAE-05. Beruntungnya tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Terakhir, pada Minggu 24 April, belasan warga di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, keracunan gas Hidrogen Sulfida atau H2S.