Bagikan:

JAKARTA - Holding BUMN Farmasi berhasil membukukan pendapatan konsolidasi tahun 2021 sebesar Rp43,4 triliun terdorong oleh pengadaan vaksin COVID-19. Capaian tersebut naik 20,23 persen dari periode sama tahun 2020.

"Pencapaian pendapatan kami pada tahun 2021 sebesar Rp43,4 triliun atau 253,7 persen dari Rencana Kinerja Anggaran Perusahaan atau RKAP Tahun 2021," ujar Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) sebagai induk Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI dikutip Antara, Senin 23 Mei.

Honesti merinci, kenaikan ini terutama karena kontribusi dari pengadaan vaksin COVID-19 untuk pemerintah sebesar Rp26,81 triliun. Di samping itu, perseroan juga mendapatkan kenaikan pendapatan dari bagaimana kita bersinergi dengan semua anak usaha mulai dari alat kesehatan sampai dengan obat-obatan penanganan COVID-19, dan tentunya vaksin COVID-19 itu sendiri.

"Jika dibandingkan dengan RKAP tahun 2021 maka terdapat kenaikan yang cukup signifikan realisasinya," katanya.

Dari postur EBITDA, Holding BUMN Farmasi yang terdiri dari Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma ini juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun 2020 yang mana EBITDA Holding Farmasi tumbuh sebesar 206,3 persen. EBITDA Holding Farmasi tahun 2021 tercatat sebesar Rp4,02 triliun.

"Kemudian juga untuk postur laba rugi tahun 2021, kami secara konsolidasi mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,93 triliun atau mencapai 186,9 persen terhadap RKAP 2021," kata Dirut Bio Farma tersebut.

Jika dibandingkan dengan tahun 2020, maka laba bersih konsolidasi Holding BUMN Farmasi tahun 2021 tumbuh 567,8 persen.

Kenaikan laba bersih ini juga tentunya akibat dampak dari proses penanganan pandemi COVID-19 baik yang sifatnya penugasan maupun yang langsung dilakukan di sektor reguler.